Amsterdam (ANTARA News) - Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkenende, yang kabinetnya jatuh pada Sabtu pagi akibat rentang waktu tugas tentaranya di Afghanistan, pada Minggu menyatakan memperkirakan tentara Belanda meninggalkan Afganistan sesuai dengan rencana.

"Jika tidak ada yang lain akan mengambil tempatnya, maka itu berakhir," kata Balkenende kepada televisi Belanda tentang rencana memulangkan 2.000 tentara Belanda dari provinsi Uruzgan pada Agustus tahun ini.

Pemerintah itu jatuh sesudah Demokrat Kristen Balkenende dan mitra gabungan mereka, Buruh, keluar akibat waktu penarikan tentara Belanda dari Afghanistan.

PvdA (partai Buruh) adalah salah satu dari tiga partai dalam pemerintah gabungan, bersama dengan partai Demokrat Kristen pimpinan Balkenende sebagai mitra utama.

Dari Amsterdam, kantor berita Inggris Reuters memberitakan pemerintah gabungan Belanda pada Sabtu jatuh sesudah dua partai terbesar gagal menyetujui penarikan tentaranya dari Afghanistan, seperti direncanakan, kata media Belanda.

Kantor berita Belanda ANP dan televisi RTL menyatakan kabinet Perdana Menteri Jan Peter Balkenende jatuh setelah beberapa jam perundingan, yang dilanjutkan hingga Sabtu pagi.

Pada saat berupaya meningkatkan serangan terhadap Taliban, NATO meminta Belanda "mengaji kemungkinan memperpanjang keberadaan 2.000 tentaranya di pangkalan propinsi Uruzgan di Afghanistan.

Kiri-tengah Demokrat Kristen (CDA), mitra terbesar dalam gabungan itu, mengambangkan gagasan mengurangi pasukan di Afghanistan selama setahun setelah batas waktu Agustus 2010.

Itu bertentangan dengan lawan keras dari Wakil Perdana Menteri Wouter Bos, karena partai Buruh ingin tugas Afghanistan diahiri sesuai dengan yang dijanjikan dan tentara terakhir Belanda harus pulang dari Uruzgan pada akhir tahun.

Pemerintah Balkenende mengambil alih pemerintahan tiga tahun lalu.

Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada awal bulan ini meminta Belanda menerima peran baru pelatihan dan tetap di Afghanistan hingga Agustus 2011, satu tahun lebih lama dari yang direncanakan.

Permintaan persekutuan pertahanan Atlantik utara itu memerlukan persetujuan dengan suara bulat kabinet.

Sekitar 1.950 tentara Belanda dikerahkan di propinsi Uruzgan di Afghanistan, tempat pembuatan besar-besaran opium, di bawah Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan NATO.

Tugas Belanda itu, yang dimulai pada 2006, telah diperpanjang dengan dua tahun dan negara itu kehilangan 21 tentara.

Juru bicara persekutuan itu, James Appathurai, mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP Sabtu bahwa "itu pembicaraan Belanda, yang NATO hormati".

Namun, ia menambahkan bahwa Rasmussen "percaya bahwa jalan terbaik ke depan bagi tugas secara keseluruhan bisa berupa gerakan Belanda lebih kecil setelah Agustus 2010".

Tugas baru itu akan memusatkan pada satuan pembangunan propinsi di Uruzgan, dengan tekanan lebih besar pada pelatihan, katanya.

"Apa pun terjadi setelah tanggal itu, rakyat Afghanistan dapat yakin bahwa NATO akan terus membantu mereka selama diperlukan," tambah Appathurai.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010