Jakarta (ANTARA News) - Sekitar seratus orang dari berbagai gerakan mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung plus (PMKRI, GMNI, HMI, GMKI, HIKMABUDHI, IMM, KAMMI, KMDHI) datang ke depan Gedung MPR/DPR pukul 14.30 WIB lalu menggelar orasi. Kedatangan mereka menggantikan sebagian demonstran yang mulai bubar setelah bentrok dengan polisi.

"Kami datang untuk minta DPR menuntaskan kasus Bank Century," kata Emmanuel Herdianto dari PMKRI. Para demonstran membawa spanduk antara lain "Indonesia Butuh Keadilan".

Tuntutan mereka adalah agar paripurna menegaskan modus operandi bailout, menunjuk pihak yang bertanggungjawab dalam kasus tersebut serta agar DPR menegakkan hukum.

Sebelumnya, sekitar pukul 14.00 WIB, aparat bentrok dengan demonstran. Aparat menembakkan paling tidak lima gas air mata serta semprotan air dari kendaraan water canon. Bentrok pertama terjadi sekitar pukul 12.50 WIB setelah para demonstran melempar batu, kayu, botol mineral, ke arah polisi.

Para aktivis yang berada di antara demonstran antara lain Effendi Gazali, Boni Hargens, Eggi Sudjana, Ray Rangkuti, serta mantan anggota DPR Ali Muhtar Ngabalin.Eggi dan Ngabalin terkena semprotan water canon.

Effendi Gazali menyayangkan reaksi aparat kepada para demonstran. "Reaksi polisi berlebihan, para demonstran cuma melakukan aksi teatrikal dan tidak anarki. Kalau polisi gunakan negosiator, pasti tidak terjadi ricuh."

Sementara itu Ray Rangkuti mengemukakan kericuhan di depan MPR/DPR tidak akan terjadi jika sidang paripurna DPR tidak ricuh.

Menurut dia, pandangan akhir partai-partai dalam kasus tersebut banyak yang berubah. "Yang di paripurna beda dengan saat Pansus. Ada usaha tirani mayoritas, partai mayoritas berusahan menghalangi kesimpulan Pansus. Legitimasi DPR jadi rendah, legimitasi pemerintah juga jadi rendah." (ADM*BER/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010