Philadelphia, (ANTARA News/Xinhua) -  Sewaktu Presiden terpilih AS Barack Obama menyampaikan pidato di ruang pertemuan yang dijaga ketat di dalam ruang utama di 30th Street Station of Philadelphia, banyak pemberi selamat yang dilarang masuk menyampaikan aspirasi dan harapan mereka di dalam selimut udara dingin di luar gedung. "Keinginan terbesar saya bagi Obama ialah ia dapat menepati janjinya untuk memberi kami perawatan kesehatan dengan pembayar-tunggal," kata pensiunan perawat Diane Mohney, yang membagikan pamflet yang bertuliskan, "Let`s End Our National Healthcare Nightmare". "Sistem kesehatan kita mengalami keambrukan," kata Mohney sebagaimana dilaporkan kantor berita China, Xinhua. "Rakyat Amerika takut mereka tak dapat membeli obat kalau sakit dan seperlima orang Amerika menjatah perawatan kesehatan karena mereka dapat mampu membiayainya." Walter Tsou. Ann Dixon dan banyak orang lain memiliki aspirasi yang sama agar Obama dapat memenuhi janji yang diucapkannya pada 7 Oktober tahun lalu bahwa perawatan kesehatan "mesti menjadi hak bagi setiap orang Amerika". Obama, yang tiba di Philadelphia pada Jumat petang (16/1), menyelenggarakan acara di stasiun kereta di kota tersebut pada Sabtu pagi, sebelum naik kereta Amtrak bersama keluarganya dan 15 orang biasa Amerika yang dipilih untuk mewakili masyarakat biasa di negeri itu. Kereta tersebut meninggalkan stasiun sekitar sore hari, bergerak menuju Wilmington, Delaware, kota kelahiran Wakil Presiden terpilih Joe Biden. Setelah Biden dan keluarganya naik, kereta kemudian bergerak menuju Baltimore, Maryland, untuk acara lain dengan pendukung mereka. Perjalanan itu dipandang banyak pihak sebagai sumbangan yang ingin diberikan Obama kepada pahlawannya, mantan presiden Abraham Lincoln. Lincoln, yang juga pernah menjadi anggota dewan legislatif dari Illionis seperti Obama, melakukan perjalanan lintas-alam naik kereta di sepanjang jalur yang sama saat pelantikannya pada 1861. Setelah mengetahui bahwa Obama akan datang ke stasiun tersebut untuk melakukan perjalanannya ke Gedung Putih, Faheem Sabree, seorang tunawisma, tiba di stasiun pada "pagi buta", dengan harapan bahwa ia dapat menyampaikan kepada insan media bahwa ada pesan kritis: Sudah tiba waktunya bagi Obama untuk mewujudkan perubahan praktis di negeri itu. "Saya harap ia dapat membantu (saya) memiliki tempat tinggal sendiri," katanya, dengan senyum tersungging di bibirnya. "Saya dulu memiliki pekerjaan, tapi saya diberhentikan dan saya tak dapat menemukan pekerjaan lain," kata Sabree. Meskipun menaruh harapan pada presiden mendatang AS, banyak orang mempertanyakan akar penyebab masalah ekonomi "sangat besar" yang dihadapi Amerika Serikat saat ini. "Pasti ada yang tidak beres dengan sistemnya, baik secara politis maupun ekonomis," kata seorang kulit putih berusia lanjut yang tak mau menyebutkan jatidirinya. "Saya benar-benar berharap Obama dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja dengan imbalan yang layak, dan mengakhiri perang di Irak serta Afghanistan," katanya. Bermacam tuntutan Di luar gedung utama di 30th Street Station, ada beberapa kelompok orang yang memegang spanduk yang juga menyampaikan bermacam tuntutan. "Dari Irak sampai Jalur Gaza --Hentikan Perang Teror AS," demikian tulisan pada satu spanduk putih yang dibentangkan oleh seorang perempuan kulit putih dan pria kulit hitam. "Satu bangsa. Satu Rencana Kesehatan buat Semua Orang Amerika," demikian tulisan pada spanduk lain berwarna kuning. Tiga perempuan muda yang berasal dari kelompok "Change for Change" berdiri di sekeliling sudut bangunan stasiun, dan mengumpulkan uang dalam udara dingin dari orang yang lewat "untuk membantu anak-anak yang memerlukan bantuan". "Kita harus menyadari bahwa ada sangat banyak orang miskin di negeri ini yang memerlukan bantuan kita," kata salah seorang di antara mereka. "Kami harap Obama akan menepati semua janjinya," kata satu orang lagi. Ia menambahkan, "Kami harap ia tetap menjadi orang yang tepat bagi kami untuk menyelesaikan masalah sosial, ekonomi dan politik yang sangat besar." Obama naik kereta itu dari tempat lahir kemerdekaan Amerika lebih dari 200 tahun lalu tersebut, ke Union Station, yang berhiaskan marmer, di Washington D.C., tak sampai satu mil dari tempat Obama dijadwalkan diambil sumpahnya sebagai presiden ke-44 dan presiden pertama Amerika-Afrika di negeri itu pada Selasa (20/1). (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009