Semarang (ANTARA News) - Anggota Tim Cangkok Hati RSUP dr. Kariadi Semarang, dr. Hartantyo, mengatakan pasien bernama Melati, (4,8 tahun) belum tentu menderita atresia bilier atau saluran empedu tidak terbentuk.

"Imel (panggilan Melati) belum tentu mengidap atresia bilier meskipun gejala yang dialaminya mirip. Karena itu harus dilakukan pemeriksaan untuk memastikan penyakit yang dideritanya tersebut," katanya di Semarang, Selasa.

Ia mengatakan, sejumlah gejala yang dialami balita itu memang menunjukkan penyakit kelainan hati stadium akhir.

"Gejala-gejala yang dialami Imel itu juga masih perlu diperiksa kembali, apakah memang berasal dari dampak stadium akhir kelainan liver atau justru dari penyakit lainnya," kata Hartantyo yang juga pakar kesehatan anak tersebut.

Ia mengemukakan, pemeriksaan harus secara lengkap di antaranya penampilan fisik, laboratorium, dan screening sehingga tim dokter dapat memutuskan tindakan yang tepat.

Melati yang asal Medan, Sumatra Utara, diantar keluarganya pada Senin (5/4) sekitar pukul 09.00 WIB.ke RSUP dr. Kariadi.

Dia dibawa ke rumah sakit itu oleh orang tuanya, Yuli Afrizal (39) dan Meirika (32), dan langsung diperiksa petugas medis di bangsal anak.

"Imel mengalami gejala-gejala penyakit atresia bilier seperti kulit berwarna kuning, buang air besar berwarna putih, dan perut membuncit sekitar dua bulan setelah dilahirkan," kata Meirika, ibu Imel.

"Kami hanya membawa uang sembilan juta rupiah ke Semarang dan berharap uang itu cukup membiayai pengobatan Imel. Uang itu didapat dari penggalangan dana baik secara langsung maupun melalui jejaring sosial," kata Meirika.

RSUP dr. Kariadi Semarang hingga saat ini juga merawat Bilqis Anindya Passa, balita penderita atresia bilier. Pihak rumah sakit sedang fokus menyiapkan operasi cangkok hati terhadap Bilqis yang dijadwalkan pertengahan April 2010.(KR-ZLS/M029)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010