Washington (ANTARA News/AFP) - Minggu ini bisa saja menjadi acara pelantikan presiden terbesar dalam sejarah Amerika Serikat, tetapi mahaguru kaum konservatif Bill Kristol bersumpah meninggalkan Washington sampai para mania acara pelantikan presiden bubar.

Pendukungnya, pengasuh acara bincang-bincang berideologi kanan tengah, Rush Limbaugh, mengumumkan dia akan bergeming dan tidak akan menyiarkan pelantikan Obama.

Pada saat banyak warga Amerika Serikat menanti berdebar-debar acara pelantikan Barack Obama, sejumlah tokoh konservatif yang untuk pertamakalinya dalam delapan tahun kalah di Gedung Putih, mengatakan akan menyingkir selama perayaan dalam rangka pelantikan Obama.

"Saya sangat tidak setuju dengan orang-orang di pihak kami yang terkurung dan berkata, 'Ya, saya berharap dia (Obama) berhasil. Kita mesti memberinya kesempatan," kata Limbaugh dalam program acaranya minggu lalu.

Komentator radio penyuara konservatif ini mengatakan dia kebal dari pesan-pesan harapan dan rekonsiliasi dari OBama, dan dia memiliki alasan untuk bergeming sekalipun orang-orang Repubilken dalam jumlah besar bergabung dengan kebanyakan orang (untuk ikut merayakan acara pelantikan).

"Saya telah mendengarkan Barack Obama selama satu setengah tahun ini. Saya tahu rupa politinya. Saya tahu rencana-rencananya seperti yang sudah dinyatakannya. Saya tak ingin rencana-rencana itu terwujud," katanya.

Kristol, editor majalah konservatif Weekly Standard, dalam sebuah kolom di New York Times, mengungkapkan ketersinggungannya pada upaya mengkait-kaitkan acara pelantikan Obama dengan idolanya, Abraham Lincoln.

"Itu mungkin gagasan yang bagus jika, saat dia disumpah nanti, Obama meyakinkan dirinya dengan membuka Alkitab pada Amsal 16:18 yang mengingatkan bahwa Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan," tulisnya bulan lalu.

Padahal, jajak pendapat Minggu menunjukkan, empat dari lima orang Amerika bersiap menyambut munculnya era Obama, termasuk didalamnya prosentase besar kaum Republiken yang juga merasa mencintai presiden Afro-Amerika pertama itu.

Tetapi para tokoh Republik menyerang proposal stimulus ekonomi raksasa yang diusulkan Obama sebagai upaya menyianyiakan uang pembayar pajak dan mereka terus membesar-besaran sisi negatif Obama kendati berhadapan dengan fakta berupa jajak pendapat yang terus positif mengenai presiden AS mendatang ini.

Byron York, komentator pada jurnal konservatif, National Review, memprediksi bulan madu akan berlangsung singkat segera setelah para pemilih mengetahui posisi Obama dalam soal penarikan mundur pasukan AS dari Irak dan mengirimkannya ke Afghanistan, yang berbeda dari keinginan para pemilihnya.

"Ini adalah hal yang tidak cukup dibahas," katanya dalam "Fox News Sunday" sambil menandaskan Obama dan timnya tidak akan memperoleh jenis dukungan seperti yang mereka kira.

Sementara itu, Kristol mengatakan, perbedaan ideologi dan berbondong-bondongnya manusia memenuhi ibukota Amerikat Serikat itu adalah alasan yang lebih dari cukup untuknya guna meninggalkan kota itu.

"Dengan jutaan orang diperkirakan membanjiri Washington untuk mengikuti pelantikan, dan dengan Metro (sistem kereta api bawah tanah) yang diatas kapasitas dan jalan-jalan dan jembatan-jembatan yang ditutup...Saya harus mengakui bahwa keluar kota adalah gagasan yang sangat baik." (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009