Brussels (ANTARA News) - Penjaga pantai Seychelles mencegat sekelompok tersangka perompak dan menghancurkan dua perahu serang kecil, kata angkatan laut Eropa di kawasan itu pada Minggu.

Kapal ronda penjaga pantai Seychelles mengejar tersangka perompak itu pada Sabtu malam di sekitar 250 mil laut baratlaut negara pulau tersebut sesudah dituntun ke mereka oleh pesawat Swedia dari pasukan angkatan laut Eropa Bersatu (Navfor).

Kapal tersangka perompak itu terdiri atas satu penangkap paus sebagai kapal induk dan dua perahu kecil penyerang cepat.

"Sesudah memastikan bahwa mereka memunyai perlengkapan bajak laut di kapal itu, sembilan tersangka perompak dilucuti dan dua perahu serang kecil mereka dihancurkan," kata pernyataan Navfor.

"Tersangka perompak itu kemudian dinaikkan ke kapal induk mereka dan dibebaskan," tambahnya.

Tersangka perompak itu dibebaskan karena tidak dihentikan saat menyerang, kata juru bicara Navfor.

Pesawat ronda Swedia mengetahui tersangka perompak itu pada Kamis di sekitar 500 mil laut timur pantai Somalia, tapi tidak ada satuan di wilayah tersebut untuk memeriksa mereka.

Perompak Somalia meraup jutaan dolar Amerika Serikat (triliunan rupiah) dalam bentuk uang tebusan lewat pembajakan di teluk Aden.

Lebih dari 400 pelaut saat ini disandera, jumlah tertinggi sejak lonjakan pembajakan di Somalia pada 2007.

Serangan perompak Somalia meningkat dalam beberapa bulan belakangan, kata pejabat angkatan laut, dan daya jangkau mereka meluas, menyesuaikan diri dengan usaha antarbangsa untuk menumpas mereka.

Ronda angkatan laut antarbangsa di jalur ramai penghubung Eropa dengan Asia melalui teluk Aden itu tampak hanya membuat gerombolan perompak memperluas serangan mereka semakin jauh ke lautan India.

Perompak dari negara gagal di Tanduk Afrika itu menahan belasan kapal dan lebih dari 200 awaknya.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal perang peronda di daerah itu tidak berbuat banyak, kata Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah lemah peralihan Somalia, yang menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan perompak itu, yang membajak kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan kekacauan sejak panglima perang menggulingkan tentara penguasa Mohamed Siad Barre pada 1991.

Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.

Angkatan laut antarbangsa, yang meronda lautan Hindia, menyatakan perompak memperluas wilayah serangan mereka, dengan membajak kapal lebih kecil untuk digunakan sebagai kapal induk.

Pembajakan menawarkan pilihan menguntungkan pada banyak pihak di Somalia, yang miskin dan sedang memerangi gerilyawan Islam.

Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed menyatakan perompakan di negaranya bukan sekadar masalah hukum dan ketertiban namun serta penyelesaiannya bergantung pada kemanatapan dan keadaan ekonomi.

Pemerintahan peralihan rapuh dibentuk pada Januari 2009, namun kekuasaannya terbatas, karena hanya menguasai sebagian ibukota, Mogadishu, berkat dukungan pasukan Afrika Bersatu.

Kewibawaan pemerintah Somalia itu dirongrong kelompok perlawanan di negara tersebut.

AFP/B002/M016

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010