Jakarta (ANTARA) - Pelaku usaha fesyen muslim di Indonesia banyak yang mengalihkan strategi penjualan dengan berfokus pada platform online pada tahun ini, menyusul tren berbelanja daring yang makin menguat di tengah pandemi.

Sebagian pelaku fesyen muslim bahkan semakin selektif dalam memilih saluran online. Founder & Creative Director Parte, Qonitah Al Jundiah, misalnya, mengaku lebih memilih website ketimbang marketplace yang menyediakan ruang visual terbatas dan terkesan ramai.

Baca juga: Noore Sport Hijab dapat pendanaan Hypefast

"Lewat SIRCLO Store, kami benar-benar bisa menyampaikan pesan kami secara lengkap dan jelas. Mulai dari tampilan, pemilihan jenis huruf, hingga foto dan bahasa di website, kami sesuaikan sedemikian rupa, sehingga pembeli yang berkunjung ke website memang karena mereka tertarik dengan produk kami--bukan karena mengejar diskon atau promo," jelas Qonitah, dalam pernyataan pers, Selasa.

Menurut Qonitah, Parte merupakan brand yang sustainable dan ethical, dan dia merasa perlu menyampaikan value brand ini sambil mengedukasi pembeli.

Mega Iskanti, content creator sekaligus founder dan CEO merek fesyen muslim Iskanti, mengatakan bahwa ia awalnya hanya berjualan melalui media sosial. Namun, seiring berjalannya waktu, ia kesulitan mengelola pesanan yang membludak.

Melalui website yang dibuatnya dengan SIRCLO Store, kini ia bisa meningkatkan automatisasi dan efisiensi waktu secara signifikan, sehingga operasional bisnisnya pun semakin rapi.

Baca juga: Ada 12 juta pengguna baru "e-commerce" selama pandemi

"Dengan adanya website, pembeli bisa berbelanja setiap waktu tanpa perlu dibantu oleh admin, sehingga proses transaksi menjadi lebih cepat dan mudah. Bagi pengelola toko online seperti saya, fitur-fitur yang ada di dashboard SIRCLO Store juga sangat membantu," kata dia.

Ada fitur katalog produk yang sangat mudah untuk dikelola, fitur auto airway bill yang memudahkan pengiriman produk, data yang lengkap untuk membantu saya mengevaluasi loyalitas dan preferensi pembeli, sampai branding Iskanti yang pastinya menjadi lebih kuat dengan adanya website yang mencerminkan karakter brand.

Hal sama diungkapkan Mipah Putri Suharti, founder dari Lamia Activewear yang mulai berjualan sportswear untuk muslimah sejak tahun 2017. Sedari awal, Mipah mengaku memprioritaskan pengembangan jual-beli online karena amat sesuai dengan pola perilaku pembeli masa kini yang ingin berbelanja dengan efisiensi waktu maksimal.

“Kami sangat terbantu dengan adanya website, karena memudahkan tim kami untuk melihat laporan, status pesanan, dan menghubungkan kami dengan konsumen," terangnya.

Baca juga: Kisah sukses tiga wanita pengusaha mitra Sirclo

Melalui solusi SIRCLO Store, ketiga brand ini mampu menggunakan fitur pembayaran dan pembaruan stok secara real-time, sehingga pembeli bisa melakukan pemesanan kapan saja dan di mana saja, bahkan dari luar negeri.

Sebagai mitra dari para brand untuk berjualan online, SIRCLO berupaya memaksimalkan kehadiran mereka secara multichannel, yaitu dengan mengoperasikan berbagai kanal penjualan digital di saat yang sama, seperti website milik sendiri, penjualan via WhatsApp (yang memudahkan belanja dan sharing produk secara WOM), dan marketplace.

"Melihat tren positif dari industri busana muslim di Indonesia, kami bersemangat menghadirkan lebih banyak inovasi dan fitur canggih untuk membantu para mitra brand kami dalam menyambut Ramadan 2021," kata Brian Marshal, founder dan CEO SIRCLO.

SIRCLO memiliki misi untuk menghadirkan layanan A-Z untuk berjualan online, tidak hanya dengan membangun website, namun juga verifikasi pembayaran, fitur pemasaran, hingga notifikasi pengiriman produk secara otomatis.

"Dengan begitu, para pemilik brand bisa menggunakan waktunya untuk perencanaan strategis dan inovasi bisnis mereka,” tambah Brian Marshal.

Potensi pertumbuhan di bidang busana muslim masih terbuka lebar, terutama karena konsumsi busana muslim secara global diperkirakan akan mencapai nilai 402 miliar dolar AS pada 2024.

Di Indonesia, lonjakan permintaan terhadap busana muslim terlihat signifikan pada momen Ramadhan dan Lebaran. Pada tahun 2019, misalnya, laporan Tokopedia dan iPrice menyebutkan bahwa produk kaftan mencatatkan pertumbuhan tujuh kali lipat dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Pada tahun 2020, pencarian untuk kategori fesyen di Google mulai naik di minggu pertama Ramadhan dan mencapai puncaknya di pertengahan minggu ketiga.

Belanja online bukanlah tren sesaat yang akan memudar setelah pandemi berakhir. Hingga saat ini, 197 juta penduduk Indonesia sudah terhubung dengan internet dan 93 persen pengguna internet baru mengaku akan terus mengandalkan kemudahan bertransaksi online hingga jangka panjang.



Baca juga: Fesyen busana muslim berkembang di tengah pandemi

Baca juga: Transaksi produk fesyen muslim di Tokopedia kian bertumbuh

Baca juga: RiaMiranda Annual Trunk Show digelar virtual, bertema refleksi pribadi

Pewarta: Suryanto
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021