New York (ANTARA) - Pasar saham Asia diprediksi sebagian besar lebih rendah pada perdagangan Jumat, tertekan oleh imbal hasil obligasi pemerintah AS yang melonjak ke tertinggi 14-bulan semalam, serta harga minyak yang mengalami penurunan satu hari terbesar sejak musim panas lalu.

Indeks S&P/ASX 200 Australia kehilangan 0,21 persen pada awal perdagangan, dan indeks berjangka Hang Seng Hong Kong merosot 0,72 persen.

Di Jepang, di mana bank sentral akan menggelar pertemuan pada Jumat, indeks berjanga Nikkei 225 menguat tipis 0,08 persen, sementara indeks berjangka E-mini untuk S&P 500 naik 0,21 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun pada Kamis (18/3/2021) melonjak di atas 1,75 persen untuk pertama kalinya dalam 14 bulan setelah Federal Reserve berjanji untuk mengabaikan inflasi dan mempertahankan suku bunga dekat 0 persen hingga setidaknya 2024, kemudian sedikit melemah setelah rilis data ekonomi beragam.

Baca juga: Fed proyeksikan kenaikan pesat ekonomi AS, saham Asia diprediksi naik

Lonjakan imbal hasil mempercepat pergerakan keluar dari saham-saham pertumbuhan dengan Nasdaq yang padat teknologi anjlok lebih dari 3,0 persen.

Indeks acuan S&P 500 turun dari rekor tertinggi, sementara indeks MSCI yang melacak saham-saham di seluruh dunia turun 0,71 persen.

Harga minyak jatuh lagi, memperpanjang penurunan untuk hari kelima berturut-turut, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang meningkatnya kasus COVID-19 di Eropa karena beberapa negara besar harus memberlakukan kembali penguncian.

Perdana menteri Prancis memberlakukan penguncian selama sebulan di Paris dan beberapa bagian utara setelah peluncuran vaksin yang tersendat dan penyebaran varian virus corona yang sangat menular memaksa Presiden Emmanuel Macron untuk mengubah arah.

Baca juga: Saham Asia diprediksi menguat ketika stimulus picu optimisme ekonomi

Reli dolar, yang didukung oleh imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi, juga menekan harga minyak, karena dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Minyak mentah berjangka Brent anjlok 4,72 dolar atau 6,9 persen menjadi 63,28 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka AS menetap di 60 dolar AS per barel, merosot 4,60 dolar AS atau 7,1 persen.

Di Wall Street, Dow Jones Industrial Average terpangkas 153,07 poin atau 0,46 persen menjadi 32.862,3 poin, S&P 500 kehilangan 58,66 poin atau 1,48 persen menjadi 3.915,46 poin, dan Komposit Nasdaq anjlok 409,03 poin atau 3,02 persen menjadi 13.116,17 poin.

Indeks STOXX 600 pan-Eropa terangkat 0,40 persen.

Dolar AS menguat secara keseluruhan, karena imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih tinggi membantunya menutup kerugian dari sesi sebelumnya.

Indeks dolar naik 0,482 persen, terhadap euro naik 0,02 persen menjadi 1,1917 dolar AS. Dolar Australia naik 0,08 persen terhadap greenback menjadi 0,776 dolar AS.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021