Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) merekomendasikan agar Indonesia segera menerapkan alternatif energi nuklir untuk meningkatkan daya saing bangsa.

"Kami tetap konsisten bahwa alternatif energi nuklir adalah pilihan yang sudah tidak bisa ditawar lagi bagi negara yang ingin maju," kata Ketua Umum PII, Muhammad Said Didu, di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, dari sisi keamanan, penggunaan energi nuklir tidak perlu diragukan lagi sebab sampai saat ini kecelakaan yang diakibatkan oleh energi nuklir belum pernah sampai menelan korban hingga puluhan ribu jiwa seperti layaknya kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya.

Menurut Said, nuklir memang layak diperuntukkan penerapannya sebagai energi.

"Nuklir memang untuk energi dan di beberapa negara lain untuk senjata. Jangan karbon yang dibakar untuk digunakan sebagai energi," katanya.

Said berpendapat, penggunaan karbon (batubara, minyak bumi, dan gas) sebagai energi justru salah kaprah.

"Hanya insinyur bodoh yang membakar karbon untuk energi. Selama ada energi lain yang lebih murah simpanlah karbon untuk sumber bahan baku segala hal, karena karbon bukanlah energi," katanya.

Nuklir, kata Said, sudah saatnya digunakan sebagai bahan baku energi di Indonesia untuk meningkatkan daya saing.

Pembangunan pembangkit energi nuklir, kata Said, justru lebih murah dibandingkan dengan pembangkit energi listrik bertenaga batubara.

"Pembangkit nuklir umurnya bisa mencapai 40 tahun sedangkan pembangkit batubara hanya 20 tahun," katanya.

Ia menambahkan, selama Indonesia masih menggunakan energi konvensional maka jangan harap Indonesia akan mampu bersaing dalam kompetisi global.

"Contohnya saja mengirimkan mangga dari Indramayu ke Surabaya, biayanya jauh lebih mahal ketimbang mengimpor mangga dari Amerika Serikat," katanya.

Menurut dia, biaya transportasi impor bisa ditekan lebih murah karena menggunakan bahan bakar nuklir.

"Kalau tidak menggunakan nuklir, maka itu akan mengurangi daya saing Indonesia dalam persaingan global," demikian Muhammad Said Didu.
(T.H016/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010