Manado (ANTARA News) - Anggota DPR menilai perbankan nasional belum efisien dan masih boros karena belum mampu menurunkan tingkat suku bunga pinjaman menyesuaikan dengan suku bunga Bank Indonesia yang sudah turun ke posisi 6,5 persen.

"Rata-rata margin didapat bank masih di kisaran 10 persen karena menetapkan suku bunga pinjaman hingga 16 persen, padahal di negara maju marginnya hanya 2-3 persen dari suku bunga penjaminan," kata Ketua Badan Anggaran DPR RI, DR Harry Azhar Azis, dalam seminar ekonomi di Manado, Jumat.

Akibat ingin mendapatkan margin tinggi tersebut, kata Harry, maka perbankan belum mampu sepenuhnya membantu usaha mikro kecil menengah sebab suku bunga yang ditawarkan terlalu tinggi.

"Perlu dipertanyakan kepada manajemen bank, margin yang tinggi tersebut dikemanakan, jangan-jangan dipakai untuk membayar gaji tunjangan direksi. Apapun alasannya, tetapi yang paling penting hal itu menunjukkan bahwa bank kita masih belum efisien," kata Harry.

Harry mengatakan, bila manajemen bank mau menghemat biaya operasinya, maka sebenarnya dapat menurunkan tingkat suku bunga pinjaman 8,5-10,5 persen dan ini pasti akan mendorong sektor riil mampu bergerak.

"Dengan tingkat suku bunga yang rendah, maka UMKM dapat menikmati fasilitas kredit yang ditawarkan perbankan," kata Harry.

Sedangkan menyangkut tingkat suku bunga penjaminan BI, kata Harry masih dapat diturunkan karena selisih dengan inflasi masih cukup lebar.

"Di negara maju selisih SBI dengan inflasi paling tinggi 0,5 persen. Dengan demikian, SBI masih bisa diturunkan ke tingkat 5,8 persen, lebih rendah dibandingkan suku bunga saat ini sebesar 6,5 persen," kata Harry. (*)

(T.G004/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010