Beijing (ANTARA News) - Polisi berpakaian preman memukuli istri seorang pejabat provinsi, karena mereka mengira perempuan itu salah seorang dari banyak orang China yang mengajukan petisi ke kantor pemerintah dengan harapan ditanganinya kekeliruan.

Kasus kesalahan mengenali orang tersebut telah menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan pengguna Internet China, dan menyoroti pelecehan yang rutin dialami kelompok pemberi petisi di China di tangan polisi dan orang bayaran yang ingin membungkam mereka, demikian laporan China Daily, Rabu, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Enam personil keamanan menangkap Chen Yulian, istri seorang penegak hukum provinsi, pada Juni, ketika perempuan tersebut mulai memasuki bangunan kantor suaminya, yang juga menjadi markas partai Provinsi Hubei, kata China Daily.

"Peristiwa itu adalah salah-pengertian total," kata pemimpin Partai Komunis biro wilayah, kepada surat kabar itu.

"Personil polisi kami tak pernah menyadari bahwa mereka memukuli istri seorang pemimpin senior."

Para pemimpin China terobsesi untuk memelihara kestabilan sosial dan "membangun masyarakat yang harmonis" telah menjadi keprihatinan besar dalam beberapa tahun belakangan.

Ribuan orang yang mengeluarkan petisi menyampaikan keluhan mereka ke Beijing setiap hari. Banyak keluhan mereka berpangkal dari penyitaan tanah.

Sementara yang lain berusaha membicarakan kembali rencana pemutusan hubungan kerja dari perusahaan yang bangkrut di sektor perusahaan negara China pada 1990-an.

Personil keamanan tersebut yang memukuli Chen sampai babak-belur belakangan diidentifikasi sebagai personil keamanan masyakat dari Wuhan, ibu kota provinsi tersebut. Mereka telah mendapat tugas menjaga bangunan kantor itu dan "menaklukkan" pemberi petisi.

"Pukulan keras demi pukulan menghujani muka perempuan tersebut selama lebih dari 16 menit," kata laporan itu.

Chen ambruk ke tanah meskipun dia berusaha menjelaskan bahwa suaminya bekerja di bangunan kantor tersebut. Ia kemudian dibawa ke kantor polisi dan dibentak-bentak ketika dia meminta diberi pengobatan, kata surat kabar itu.

Serangan tersebut membuat perempuan itu menderita gegar otak dan kerusakan otak serta jaringan syaraf. Chen dibebaskan dan dikirim ke rumah sakit setelah dia menghubungi suaminya melalui telepon, dan para pejabat senior polisi meminta maaf yang sedalam-dalamnya.

"Apakah ini berarti polisi tak boleh memukul istri para pemimpin, tapi rakyat jelata boleh digebuki?" begitu pertanyaan seorang pengunjung ke bangsa Chen sebagaimana dikutip China Daily.
(C003/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010