Jayapura (ANTARA News) - Salah satu penyebab penyakit kanker serviks atau kanker leher rahim, adalah penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, kehamilan yang sering, pernikahan di usia muda, merokok, dan infeksi menular seksual.

"Mereka yang mengalami infeksi jarang menunjukkan gejala pada stadium awal, dan biasanya berkembang menjadi kanker servik beberapa tahun kemudian," kata dr Hadzi Barta, SpOG kepada ANTARA, di Jayapura, Kamis.

Menurutnya, kanker pada serviks uterus tersebut menyerang organ reproduksi perempuan yang menjadi pintu masuk rahim atau liang senggama (vagina).

Ia mengatakan setelah infeksi virus human papilloma (HPV) tubuh penderita tidak selalu membentuk kekebalan, maka tidak terlindung dari infeksi berikutnya.

"Kanker serviks yang diketahui berstadium lanjut dapat mengakibatkan kerugian bagi organ tubuh disekitarnya dan dapat menyebabkan kematian," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan penularan non seksual dapat terjadi melalui penggunaan bersama pakaian yang terkontaminasi dalam jangka waktu lama.

Kebanyakan infeksi HPV bertahan selama delapan bulan dan kemudian menghilang dengan sendirinya. Namun sesudah dua tahun, ditemukan sekitar 10 persen perempuan masih membawa virus aktif dalam vagina dan serviks mereka.

Dikatakannya, kanker serviks biasanya menyerang wanita telah berumur, tetapi bukti statistik bicara lain. Kanker ini lebih banyak menyerang perempuan berumur antara 20 sampai 30 tahun.

Hadzi Barta mengatakan, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim. Tetapi sebelum sel tersebut menjadi sel kanker, terjadi beberapa perubahan.

Perubahan sel tersebut, terang dia, biasanya memakan waktu bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker.

Kanker serviks memiliki gejala yang patut diwaspadai yakni pendarahan melalui vagina, keputihan, nyeri panggul, dan tidak dapat buang air kecil.

"Sel abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan test yang disebut "Pap Smear Test", sehingga sel abnormal tadi terdeteksi sedini mungkin," jelasnya.(*)
(KR-ALX/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010