Bogor (ANTARA News) - Tim peneliti dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor berhasil menemukan teknologi tepat guna untuk menghitung benih ikan secara cepat dan tepat.

Teknologi terbaru yang ditemukan peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) diberi nama "Fry Counter" atau penghitung nener/benih ikan, kata Ayi Rakhmat, S.Pi.,M.Si., seorang anggota tim peneliti FPIK IPB, Senin di Bogor.

Dengan teknologi tersebut, kata dia, petani ikan bisa berhemat waktu dan tenaga untuk menghitung benih ikan yang hendak dijualbelikan.

"Produk `Fry Counter` merupakan jawaban atas masalah-masalah yang sering dikeluhkan oleh para pengusaha benih ikan pada proses penanganan pascapanen di bidang perikanan," ujar Ayi Rakhmat.

Dia mengatakan, penelitian "Fry Counter" dilatarbelakangi oleh hasil pengamatan terhadap proses kegiatan produksi pada pembenihan ikan patin yang masih tidak efisien.

Dalam proses produksi tersebut, lanjut dia, kegiatan penghitungan benih yang biasa diperjualbelikan pada saat larva masih dilakukan secara manual.

Padahal, kata dia, jumlah yang dihitung mencapai puluhan sampai ratusan ribu ekor. "Proses penghitungan manual ini membutuhkan waktu lama, sehingga kurang efesien," katanya.

Tim peneliti dari FPIK IPB yang menemukan teknologi tepat guna "Fry Counter" terdiri atas Ayi Rakhmat, Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc., dan Muhammad Faisal Sagala, S.Pi.

Dengan penghitungan manual, kata Ayi Rakhmat, petani ikan membutuhkan waktu satu sampai dua hari untuk 50 ribu ekor ikan yang dihitung dengan tenaga kerja tiga sampai empat orang, dan rata-rata kerja lima jam per hari.

Angka 50 ribu ini merupakan angka terkecil yang biasa dilakukan petani. Jika benih ikan yang dihitung mencapai ratusan ribu ekor, waktu yang dibutuhkan lebih lama dan biaya yang dikeluarkan lebih mahal lagi.

Dia mengemukakan penghitungan secara manual memiliki beberapa kelemahan berupa proses perhitungan yang lama bisa mencapai beberapa hari kerja untuk satu kali pengiriman.

Menurut dia, terlalu banyak menyerap tenaga kerja yang mengurangi pendapatan petani serta ikan menjadi stres karena banyaknya perlakuan yang diberikan terhadapnya dan akan memudahkan masuknya bibit penyakit.

Untuk mengatasi masalah perhitungan ini, maka Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB mengembangkan alat penghitung benih/nener ikan ini dengan tujuan untuk membantu petani ikan, khususnya petani ikan patin.

Apalagi, lanjut dia, Indonesia merupakan penghasil ikan air tawar yang cukup besar dan sangat membutuhkan penanganan pascapanen yang efektif.

Ayi Rakhmat memaparkan, setelah dilakukan uji coba terhadap "Fry Counter", hasilnya cukup memuaskan. Rata-rata percobaan terhadap 50 ekor ikan dengan 50 ulangan didapatkan nilai rata-rata 49.29 ekor.

Dengan demikian, kata dia, "Fry Counter" hasil penelitiannya memiliki keunggulan, yakni mampu melakukan perhitungan dengan cepat dibanding metode manual.

Di sisi lain, dia mengatakan bahwa produknya itu belum ada di pasaran sehingga memiliki peluang besar untuk menjadi market leader untuk produk sejenis pada akhirnya.

Keunggulan berikutnya teknologi tersebut dapat mengurangi tenaga kerja sehingga dapat menghasilkan profit (keuntungan) bagi pengusaha.

Segmen yang dibidik oleh "Fry Counter" lebih cenderung kepada bisnis skala rumah tangga (UKM), perusahaan pembenihan, pedagang benih ikan, dan kalangan praktisi bidang perikanan secara umum yang melakukan perhitungan terhadap benih ikan.
(ANT053/D007)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010