Jeddah (ANTARA News) - Jemaah haji dari berbagai penjuru dunia termasuk sebagian jemaah Indonesia mencoba membawa sebanyak mungkin air zam-zam untuk oleh-oleh dari Tanah Suci yang paling berharga bagi sanak-keluarga di kampung halaman.

ANTARA News melaporkan dari Jeddah, Senin, toko-toko penjual buah tangan, baik di Mekah, Jeddah dan Madinah, selalu menyediakan air zam-zam selain barang-barang cenderamata khas Arab atau bernuansa Islami lainnya seperti pasmina, kafiyeh atau abaya (pakaian wanita), madu Arab yang dikenal khasiatnya dan pernik-pernik lainnya.

Air zam-zam dalam kemasan jeriken putih volume 20 liter di toko-toko suvenir dijual dengan harga antara SR10 (sekitar Rp25.000) sampai SR15.

Penjualnya juga siap membantu mengirimkan air zam-zam ke tanah air, dengan kargo pesawat udara (EMKU) yang besar ongkosnya disamakan dengan barang-barang lain, sekitar SR8 per kilogram, minimal 20 kg, sampai di alamat pembeli di Jakarta sekitar seminggu sampai 15 hari atau tambah ongkos lagi jika hendak dikirim ke alamat di luar Pulau Jawa.

Jika ingin lebih murah, pemberi juga dapat meminta jasa pengelola toko atau kepada biro-biro jasa angkutan laut (EMKL) melalui pengiriman melalui kapal kargo dengan ongkos berkisar antara SR4 sampai SR6 per kg, namun waktu tibanya di alamat di tanah air bisa sampai satu bulan.

Air zam-zam yang didapat dari sumber mata air di bawah Kabah diyakini berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan aman dikonsumsi oleh manusia walaupun tanpa dimasak terlebih dulu.

Para jemaah haji atau orang yang salat di Masjidil Haram juga dapat menyeruput air zam-zam yang disediakan di setiap pojok masjid terbesar di dunia yang dibangun oleh Nabi Ibrahim itu langsung dari keran-keran atau tong-tong plastik, lengkap dengan gelas-gelas plastik sekali pakai.

Tong-tong berisi air zam-zam tersebut ada yang dingin dan ada juga yang bersuhu normal, tanpa didinginkan.

Salah seorang pembimbing ibadah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Abah Anom berpendapat sebaiknya air zam-zam diberi doa yang baik sehingga orang yang ikut minum mendapatkan berkahnya.

Jemaah, setelah melakukan ritual Tawaf (mengelilingi Kabah tujuh putaran) yang merupakan salah satu rangkaian prosesi Umrah atau Haji, apalagi jika dilakukan di bawah teriknya sengatan panas matahari, dapat menyeruput air zam-zam yang disediakan gratis untuk penawar dahaga.

Susunan kimiawi air zam-zam (dalam satuan mg/liter) berbeda dibandingkan dengan air mineral biasa, misalnya kandungan klorida 159.7 sementara air biasa:30, sulfat (140/27), Kalsium 258,9/20), zat padat terlarut (159/20) Magnesium 9/0, Zat organik 2,79/0 dan mikro organisme 38 kolon/ml/0.

Selain membeli di toko-toko suvenir, air zam-zam juga bisa diambil sendiri di tempat pemompaan air di kawasan Qudai, sekitar tiga km di luar kota Mekah. Orang bisa mengambilnya melalui keran-keran yang disediakan, masing-masing maksimal dua jeriken dengan ukuran volume 10 liter.

Namun bisa saja orang mengambilnya berkali-kali, seperti yang dilakukan oleh pengelola toko, asal tiap kali mengambil hanya membawa dua jeriken. Mereka sebagian adalah pekerja di toko-toko souvenir yang disuruh pemiliknya untuk mengambil air zam-zam, tidak untuk dikonsumsi sendiri melainkan dijual lagi.

Bagi yang ingin mengambil air zam-zam sendiri juga dengan mudah mendapat penjual jeriken kosong di toko-toko atau kaki-lima dekat lokasi pemompaan air di Kudai dengan harga SR5 untuk jeriken ukuran volume 20 liter.

Begitu antusiasnya jemaah haji khususnya jemaah Indonesia yang mencoba-coba menenteng sendiri jeriken-jerikan berisi air zam-zam saat hendak kembali ke tanah air, padahal pihak Garuda telah menyiapkan lima liter air zam-zam dalam kemasan yang akan dibagikan kepada jemaah haji di bandara di tanah air.

Akibatnya, banyak jemaah yang gigit jari, karena hasil usaha mereka, termasuk jemaah lanjut usia yang memaksa diri tertatih-tatih menenteng jeriken air zam-zam, akhirnya gagal karena petugas di bandara keberangkatan tidak mengizinkan mereka membawanya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009