Sanaa (ANTARA News/AFP) - Sebuah mobil Kedutaan Besar Inggris diserang roket di Yaman, Rabu, sementara seorang warga Prancis yang bekerja untuk perusahaan minyak Austria ditembak mati.

Pemerintah Yaman menuduh Al-Qaeda bertanggung jawab atas serangan-serangan itu, yang menyoroti bahaya yang meningkat di negara termiskin semenanjung Arab tersebut.

Polisi di Sanaa mengatakan, sebuah granat roket menyerang mobil itu sekitar tiga kilometer dari Kedutaan Besar Inggris, dalam serangan kedua terhadap kendaraan diplomatik Inggris di kota itu dalam waktu enam bulan.

"Sebuah kendaraan kedutaan Inggris diserang sekitar pukul 08.15 waktu setempat (pukul 12.15 WIB)," kata Kementerian Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan.

"Kendaraan itu sedang dalam perjalanan menuju kedutaan Inggris, dengan membawa lima orang staf kedutaan. Satu anggota staf mengalami luka-luka ringan dan dirawat, yang lain semuanya selamat tanpa cedera," katanya.

Seorang diplomat mengatakan, kendaraan itu membawa Fiona Gibb, wakil kepala misi, namun ia selamat.

Kementerian Luar Negeri Inggris tidak mengkonfirmasi jati diri mereka yang berada di dalam mobil tersebut.

Juga Rabu, seorang Prancis yang bekerja untuk perusahaan energi Austria OMV di Yaman tewas ditembak dan seorang Inggris rekannya terluka dalam serangan oleh seorang penjaga di kantor perusahaan itu di Sanaa, kata OMV dan pejabat keamanan.

Seorang pejabat mengatakan, penjaga bersenjata itu melepaskan tembakan sambil meneriakkan "Allahu Akbar". Belum diketahui apakah penembakan itu dilakukan karena alasan pribadi atau faktor lain.

Penyelidik kepolisian mengidentifikasi penyerang sebagai Hisham al-Wafi (19), yang mereka gambarkan sebagai pemuda "relijius" yang bekerja sebagai penjaga keamanan untuk OMV selama tiga bulan.

Pada 26 April, seorang penyerang bom bunuh diri melemparkan dirinya ke arah rombongan dua mobil duta besar Inggris di sebuah jalan di Sanaa, dalam serangan yang melukai tiga orang yang sedang lewat dan merusak sebuah mobil polisi pengawal.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan cabang Al-Qaeda AQAP.

Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 milyar dolar dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhwatiran yang meningkat atas keberadaan Al-Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September.

AQAP mengklaim serangkaian serangan terhadap pasukan keamanan Yaman akhir-akhir ini.

Bentrokan-bentrokan sengit di Loder antara militan Al-Qaeda dan militer pada Agustus menewaskan sedikitnya 33 orang -- 19 militan, 11 prajurit dan tiga warga sipil -- menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber resmi dan medis.

Sejak bentrokan-bentrokan Agustus, pasukan keamanan Yaman telah menangkap 14 tersangka anggota Al-Qaeda di Loder, termasuk seorang pemimpin bernama Salah al-Dabani, kata kementerian dalam negeri.

Yaman selatan dikhawatirkan menjadi pangkalan Al-Qaeda yang menyatukan diri lagi, di bawah jaringan lokal Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Wilayah selatan juga berulang kali menjadi lokasi protes dan kerusuhan separatis dimana penduduk selatan mengeluhkan diskriminasi oleh pemerintah Sanaa menyangkut alokasi sumber daya.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember 2009.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010