Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dalam sebuah konferensi pers di kediaman resmi perdana menteri di Tokyo pada 2 Februari 2021. (David Mareuil/Pool via REUTERS)


Perjudian besar Suga

Sebagian kalangan menyebut Suga lebih politis ketimbang meninggikan kebangkitan, rekonstruksi, dan keolahragaan.

"Suga membuat perjudian besar. Sekalipun nanti berjalan relatif lembut yang mana diragukan oleh pakar-pakar medis Jepang dan internasional, pemilih Jepang mungkin marah kepada Suga karena menganggap dia lebih memprioritaskan Olimpiade ketimbang kesehatan masyarakat," kata profesor studi internasional Craig Mark dari Kyoritsu Women’s University di Tokyo seperti dikutip South China Morning Post.

Sejumlah analis di Jepang, seperti pakar politik Kinjo University di Prefektur Ishikawa, Masatoshi Honda, lebih sinis lagi. “Masyarakat punya pertanyaan besar, apa yang sedang diupayakan Suga? Satu-satunya jawaban adalah sukses Olimpiade,” kata Honda.

Peringkat kesetujuan publik kepada Suga memang rendah sekali yang menurut poling terakhir NHK berada pada angka 33 persen. “Sukses Olimpiade adalah kondisi yang membuat Suga bisa terpilih lagi menjadi presiden Partai Demokrat Liberal (yang berkuasa) September nanti. Saya kira itulah alasan dia ngotot melanjutkan Olimpiade ini,” kata Honda, semakin sinis.

Tapi Suga sebenarnya maju kena, mundur kena. Membatalkan Olimpiade akan membuat Jepang makin besar menanggung rugi ekonomi dan politik. Terus melanjutkannya bisa menekan kerugian itu tapi taruhannya tingkat infeksi COVID-19.

Baca juga: Data-fakta wabah virus corona di Olimpiade Tokyo

Olimpiade ini, seperti disebut Universitas Oxford, adalah Olimpiade termahal sepanjang masa. Taksiran Desember tahun lalu menyebut angka 15 miliar dolar AS (Rp217,7 triliun). Tetapi setelah diaudit resmi membengkak menjadi 26 miliar dolar AS (Rp377,4 triliun). Padahal saat hak tuan rumah Olimpiade kepada Tokyo diumumkan pada 2013, proyeksi dana Olimpiade adalah “hanya” 7,5 miliar dolar AS (Rp108,8 triliun).

Membatalkan Olimpiade juga bisa membuat Jepang kehilangan muka, terutama dalam kaitannya dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang paling ngotot acara ini tetap digelar, bukan saja demi menyelamatkan agenda olahraga, namun juga demi komitmen sponsor dan kepentingan bisnis olah raga.

Kemudian, apa jadinya kalau Olimpiade ini dibatalkan ketika tahun depan China mungkin menggelar Olimpiade Musim Dingin lebih agung lagi. Jepang pasti tak mau kalah gengsi. Semua faktor ini membuat Suga ngotot menggelar Olimpiade Tokyo, sekalipun bagian besar rakyatnya tetap memprotesnya.

Dan protes ini dilancarkan tanpa komando, tapi didengar elemen-elemen terpenting Jepang, dari keluarga kerajaan sampai kalangan bisnis. Bahkan sponsor-sponsor Olimpiade dari Jepang tak ingin terlalu terlihat menyibukkan diri dalam Olimpiade.

Baca juga: Banyak perusahaan Jepang dukung Olimpiade dibatalkan atau ditunda
Baca juga: Survei terbaru, 60 persen warga Jepang ingin Olimpiade dibatalkan

Menurut Asahi Shimbun, semakin banyak para pejabat perusahaan sponsor Olimpiade yang tak menggubris undangan menghadiri upacara pembukaan, salah satunya Masakazu Tokura yang mengetuai kamar dagang dan industri yang amat berpengaruh di Jepang, Keidanren.

Pun demikian dengan nama-nama besar seperti Panasonic Corp, Toyota Motor Corp, Procter & Gamble, Toto, NTT, dan Nomura Holding, kecuali mereka yang masuk kepanitiaan Olimpiade seperti bos Panasonic Kazuhiro Tsuga yang menjadi ketua penyelenggara Olimpiade.

Mayoritas penduduk Jepang menjadi kritis terhadap Olimpiade ini padahal sebelum pandemi mereka terbeli oleh pesan-pesan kebangkitan Jepang yang digaungkan Shinzo Abe.

Kasus COVID-19 yang terus bertambah, sekalipun jauh di bawah negara-negara seperti Indonesia, membuat mereka semakin khawatir. Munculnya varian baru dan keraguan terhadap tingkat kesadaran kesehatan warga negara lain termasuk atlet, sekalipun penyelenggara Olimpiade menerapkan protokol kesehatan super ketat, membuat kekhawatiran itu membesar.

Baca juga: Kaisar Jepang khawatir Olimpiade bisa sebarkan COVID

Selanjutnya the show ...

Copyright © ANTARA 2021