Jakarta (ANTARA) - Pebalap sepeda Austria Anna Kiesenhofer membuat kejutan besar dengan menyabet medali emas nomor road race putri Olimpiade Tokyo, selepas kuartet juara Belanda mengalami miskomunikasi buruk dalam balapan yang finis di Sirkuit Fuji International Speedway, Tokyo, Minggu.

Dilaporkan Reuters, pebalap berusia 30 tahun sukses menjaga keunggulan sekira 10 menit dengan kelompok lima pebalap dalam balapan yang melahap rute 137 km di perbukitan sebelah barat Tokyo.

Kiesenhofer kemudian melepaskan diri dengan pebalap lain 40 km mendekati Sirkuit Fuji International Speedway serta meninggalkan beberapa unggulan seperti juara dunia dan Olimpiade asal Belanda, Anna Van der Breggen.

Di tengah cuaca yang panas, juara time trial Austria Kiesenhofer, yang bahkan tidak tergabung dengan tim profesional itu menundukkan kepalanya dan kakinya terus mengayuh membawa tunggangannya melalui tikungan bergelombang untuk mempertahankan keunggulannya dengan gigih


Saat dia berada di kilometer terakhir yang menyakitkan, Kiesenhofer berusaha dengan susah payah dan satu-satunya ketakutan adalah kemungkinan kram saat melakukan upaya yang begitu monumental.

Sementara Kiesenhofer melesat, dua pebalap yang sempat melepaskan diri dari rombongan sebelumnya Anna Plitcha dari Polandia dan Omer Shapira dari Israel malah kembali terkejar dilahap kelompok besar yang membuntuti dalam lima kilometer terakhir rute balapan.

Kiesenhofer berusaha keras dan kerap melongok ke belakang bahunya, mewaspadai gerombolan pebalap pesaingnya.

Baca juga: Pebalap sepeda Ekuador Carapaz rebut emas road race Olimpiade Tokyo

Pada akhirnya, Kiesenhofer menciptakan kejutan untuk mengklaim medali emas setelah menyelesaikan lomba dengan catatan waktu tiga jam 52 menit dan 45 detik, unggul satu menit dan 15 detik atas pebalap Belanda Annemiek Van Vleuten yang melakukan gestur selebrasi saat melewati garis finis lantaran merasa telah memenangi balapan. Untuk medali perunggu direbut oleh pebalap Italia, Elisa Longo Bhorgini.

"Saya pikir saya selesai urutan pertama," kata Van Vleuten kepada masseur timnya Ruud Ziljmans di TV Belanda. "Ruud apakah aku salah?"

Bagi Belanda, upaya untuk merebut emas putri di Olimpiade ketiga berturut-turut setelah Marianne Vos pada 2012 dan Anna Van der Breggen pada 2016 harus dilupakan karena lawan mereka berhasil melewati batas dengan cara yang luar biasa.

Baca juga: Kisah dramatis Masomah Ali Zada, dari Afghanistan sampai Olimpiade
Baca juga: Pebalap sepeda Australia Cameron Meyer mundur dari Olimpiade Tokyo


Medali perak tak ubahnya jadi pelipur lara bagi Van Vleuten, setelah pebalap 38 tahun itu gagal finis di Rio lima tahun lalu karena terjatuh padahal medali emas sudah di depan mata.

"Saya pikir ini bukan sebuah skenario yang diperkirakan. Saya tidak mengenalnya. Saya pikir tidak mengenali seseorang bukanlah sebuah kesalahan?" katan Van Vleuten tentang kemenangan mengejutkan Kiesenhofer.

"Kami pikir kami melakukannya dengan benar, kami mendahului pebalap Polandia dan Israel kembali dan kami pikir kami memimpin untuk meraih medali emas."

Belanda yang dihuni oleh oleh empat pebalap bintang ini mengalami kendala komunikasi termasuk tidak ada radio tim yang tidak diperbolehkan di Olimpiade.

Baca juga: Tokyo bersiap hadapi badai yang ganggu jadwal Olimpiade
Baca juga: Lifter Deni finis kesembilan, Chen Lijun rebut emas kelas 67kg
Baca juga: (Round up) Medali kedua Indonesia dari Eko Yuli dan terukirnya sejarah

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2021