Dumai (ANTARA News) - Saat musim kemarau tiba, adalah saatnya kabut asap menggerayang. Beberapa kota dan kabupaten di Sumatera terutama Riau dan Dumai, mulai "tertutup" asap yang sangat mengganggu pernapasan dan penglihatan manusia.

Pesawat terbang tidak bisa melakukan penerbangan karena jarak pandang yang terbatas. Belum lagi negara tetangga yang juga terkena imbasnya. Asap ! darimana asalnya?

Peningkatan intensitas dan frekwensi perubahan cuaca panas yang ekstrem, menyebabkan lahan dan pepohonan juga menjadi layu dan kering. Akibatnya akan mudah terbakar. Dalam beberapa kasus, nyaris seratus persen kebakaran hutan disebabkan kelalaian manusia dalam menjaga dan merawat lingkungan sekitarnya.


Datangkan Penyakit

Kemungkinan hinggapnya berbagai penyakit pada organ tubuh yang aktif menghirup oksigen seperti hidung, tenggorokan, bahkan paru-paru bisa kapan saja. Penyakit seperti infeksi saluran pernafasan atas, batuk, bahkan radang tenggorokan, dan pilek disertai flu, terbukti telah dirasakan sebagian masyarakat Dumai.

Berdasarkan data dari seluruh pusat kesehatan masyarakat yang dirangkum oleh dinas kesehatan setempat menyebutkan ada sekitar 665 orang yang divonis terjangkit ISPA, 47 mengalami batuk-batuk, radang pada tenggorokan sekitar 27 orang, dan pilek disertai flu sebanyak 127 orang.

Berdasarkan sirklusnya, jumlah ini jauh meningkat dibandingkan pekan sebelumnya dimana penderita ISPA hanya sekitar 17 orang, batuk-batuk sekitar 18 orang, dan radang tenggorokan serta pilek dan flu yang dinyatakan nihil.


Kualitas Udara Tak sehat

Kepala Dinas Kesehatan Dumai, Marjoko, saat dihubungi pada Minggu (24/10), berpendapat, banyaknya penderita penyakit yang lekat pada organ pernafasan disebabkan kualitas udara yang sangat tidak sehat.

Dari data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) milik PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) wilayah operasi Dumai, dalam sepekan terakhir kondisi udara tidak bergeser jauh antara 200 hingga 300 psi (polutan standar indek).

Kondisi itu menurut Marjoko sudah pada posisi bendera merah yang artinya sangat berbahaya jika dihirup secara langsung. Imbauan waspada kepada masyarakat juga dilontarkan secara resmi oleh Marjoko.

Poin-poin imbauan waspada yang disampaikannya antara lain, meminta agar sedapat mungkin masyarakat tidak keluar rumah atau gedung pada jam-jam rawan yakni pagi sekitar pukul 06.00 hingga 10.00 WIB yang menurutnya puncak ketebalan kabut asap. Kedua, selain menggunakan masker, masyarakat juga diharapkan menggunakan pelindung mata (kaca mata) karena kabut asap yang melanda Dumai mengandung partikel abu yang dapat mendatangkan iritasi berat. Poin ketiga, segera periksakan diri ke pusat kesehatan terdekat apabila ada gangguan pada organ pernafasan.


Sebabkan Bencana

Dilain sisi, seorang pakar lingkungan hidup dari Universitas Riau (UNRI), Tengku Ariful Amri berpandangan, kerusakan lingkungan hutan dan lahan akibat pembakaran ini dapat menyebabkan datangnya berbagai bencana lainnya seperti banjir, dan kekeringan.

Merujuk dari berbagai peristiwa bencana tersebut, terang dia, Hari Lingkungan Hidup Tahun 2010 mengingatkan mansuia untuk selalu waspada terhadap bencana lingkungan termasuk perubahan iklim yang terjadi sebagai akibat dari kerusakan lingkungan.

"Pemerintah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap masalah lingkungan hidup terutama perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan bumi. Semua kejadian bencana yang terjadi pada lingkungan sebenarnya karena ulah manusia," papar Amri.

Oleh sebab itu, paparnya, upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan pemulihan kualitas lingkungan hidup di masa depan berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan harus segera dilakukan sedini mungkin.

"Jangan hanya karena mengejar ketertinggalan sebagai bangsa dan negara yang miskin, atau hanya karena investasi demi pendapatan asli negara atau daerah. Hutan dan lahan tropis hancur hingga mengakibatkan bencana bertubi-tubi," terangnya.


Isu Perubahan Iklim

Isu perubahan iklim yang mengancam kehidupan umat manusia dan seluruh ekosistem di bumi ini, menurut pakar ini, dirasa sebagai hal yang sulit dipecahkan seperti kemiskinan, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.

"Bahkan isu ini dihebohkan di seluruh belahan dunia menyerupai ancaman "perang". Upaya mengatasinya disamakan dengan peringatan perang. Forum-forum internasional pun mengemukakan bahwa mengatasi persoalan pemanasan global bukanlah hal yang mudah, tapi membiarkannya menjadi tambah parah karena kerusakan lingkungan merupakan ulah manusia itu sendiri," ringkas Amri.

Persoalan pemanasan global dan perubahan iklim yang menggejala tersebut, ujar Amri, memperlihatkan bahwa berbagai aktivitas pembangunan yang dilakukan kurang memperhatikan keberlanjutan ekologis yang merupakan faktor mendasar bagi pembangunan.

Perhatian dunia akhir-akhir ini menurutnya ditujukan pada persoalan perubahan iklim yang diyakini mulai terasa dampaknya.

"Di Indonesia khususnya Riau, berbagai gejala yang sering dianggap sebagai dampak dari perubahan iklim ini misalnya adalah gejala perubahan musim yang diindikasikan oleh banjir dan badai pada musim hujan yang semakin sering terjadi. Kekeringan yang merata di mana-mana pada musim kemarau, atau temperatur udara yang terasa lebih hangat di berbagai tempat," ucapnya.


Menurunkan Keanekaragaman Hayati

Menurut berbagai sumber, kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara.

Berbagai upaya pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan telah dilakukan termasuk mengefektifkan perangkat hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah (PP), dan SK Menteri sampai Dirjen, namun belum memberikan hasil yang optimal.

Sejak kebakaran hutan yang cukup besar tahun 1993 di Dumai dan sebagian wilayah Riau lainnya, intensitas kebakaran hutan justru makin sering terjadi dan sebarannya makin meluas seperti yang terjadi pada tahun ini.

Asap sisa kebakaran hebat hutan dan lahan ini adalah penyebab bencana yang melanda berbagai wilayah di Provinsi Riau, tidak terkecuali Dumai, bahkan sejumlah negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga terkena imbasnya. (ANT/K004)

Oleh Oleh Fazar Muhardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010