Anak-anak berlatih memanjat dipandu atlet panjat tebing Indonesia Aspar Jaelolo di Wedomartani, Ngemplak, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (6/6/2020). Aspar Jaelolo menggelar "coaching clinic" secara daring menggunakan akun sosial media ofisial Federasi Panjat Tebing Indonesia untuk memberikan semangat berlatih kepada pemanjat seluruh Indonesia selama pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/hp.

Swasta mesti aktif

Swasta mereka pun aktif, karena mereka tahu atlet berprestasi adalah juga menyangkut citra produk, jasa dan profil mereka. Mereka menyadari keterlibatan dalam meninggikan dunia olah raga adalah bagian dari bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat yang menjadi konsumennya dan bahkan sumber vital sistem produksi mereka.

Indonesia juga tak kekurangan swasta-swasta berpola pikir seperti itu. Salah satunya adalah Djarum yang turut aktif membesarkan bulu tangkis Indonesia hingga konstan menjadi salah satu kekuatan dominan dalam bulu tangkis global.

Peran serta swasta yang aktif juga terjadi di Korea Selatan, bahkan salah satunya menjadi faktor di balik panahan mereka merajai Olimpiade dan dunia.

Baca juga: Mengapa Korea Selatan begitu mendominasi panahan Olimpiade

Menjelang Olimpiade Seoul 1988, Presiden Chun Doo-hwan memerintahkan kalangan bisnis mensponsori federasi-federasi olahraga guna memastikan atlet mencetak prestasi tinggi.

Produsen mobil Hyundai Group kebagian tugas membesarkan panahan yang dalam tiga puluh tahun terakhir telah memompakan sedikitnya 40 juta dolar AS (Rp579 miliar) untuk panahan.

Indonesia bisa melakukan apa yang sudah dan tengah dilakukan Australia, Jamaika dan Korea Selatan itu atau negara-negara lain yang sukses besar dalam Olimpiade, termasuk untuk membesarkan panjat tebing.

Panjat tebing sendiri memiliki potensi medali Olimpiade yang nyata karena apa yang ada pada tingkat dini dalam panjat tebing Indonesia terlihat seperti mirip dengan memasyarakatnya skateboard di Brazil, lari jarak pendek di Jamaika atau renang di Australia.

Coba saja lihat hampir semua kompleks sekolah menengah atas dan kampus-kampus di seluruh Indonesia, memiliki dinding panjat tebing.

Ini bekal besar dalam membantu pengembangan panjat tebing dan mencari bakat-bakat hebat, apalagi jika dibarengi oleh hadirnya turnamen-turnamen panjat tebing pada segala tingkat.

Berbeda dengan bola voli, basket atau renang di mana postur tubuh bisa sangat menentukan dalam kompetisi-kompetisi seperti Olimpiade, panjat tebing tak terlalu memerlukan postur tinggi untuk bisa mencapai level prestasi tertinggi.

Ini salah satu keunggulan panjat tebing yang juga dimiliki skateboard.

Baca juga: Persaingan penuh persahabatan di arena skateboard Olimpiade Tokyo

Dua cabang olah raga baru Olimpiade ini sangat layak dikembangkan oleh Indonesia dengan jauh lebih serius lagi, sejak usia dini dan dikelola seperti kita mengelola bulu tangkis atau seperti negara-negara bertradisi emas Olimpiade semacam Australia, Jamaika dan Korea Selatan mengelola cabang-cabang andalannya.

Jika pun prestasi tertinggi belum tercapai. Paling tidak ini semua mendorong anak-anak Indonesia sehat fisik karena sehat fisik bakal mencipta jiwa yang sehat, dan jiwa yang sehat bisa melahirkan ide, pemikiran dan inovasi cemerlang yang bisa membuat Indonesia jaya.

Mens sana in corpore sano. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Baca juga: Olimpiade Tokyo semestinya menjadi inspirasi remaja

Copyright © ANTARA 2021