Yogyakarta (ANTARA) - Kiprah Indonesia di ASEAN tidak diragukan; sebagai salah satu pelopor terbentuknya organisasi kerja sama regional di kawasan Asia Tenggara, Indonesia acap kali tampil sebagai pemberi solusi.

Mulai dari menjadi penengah dalam konflik antara Kamboja dan Vietnam, hingga mendorong terwujudnya kerja sama keamanan maritim di Asia Tenggara.

Di tengah merebaknya pandemi Covid-19 yang melanda dunia, Indonesia memiliki kesempatan untuk kembali berperan sebagai inisiator memperkuat sinergi di kawasan Asia Tenggara.

Setahun lebih pandemi Covid-19 membuktikan bahwa wabah SARS-CoV-2 yang terus bermutasi tidak bisa dihadapi secara sendiri-sendiri. Seluruh negara anggota ASEAN dengan letak geografis yang saling berdekatan perlu membangun komitmen bersama menangani virus Korona.

Baca juga: Indonesia dorong vaksinasi ASEAN, soroti diskriminasi vaksin

Peran itu telah dibuktikan Indonesia dengan menggagas pertemuan tingkat Pejabat Tinggi Kesehatan ASEAN selama dua hari pada 22-23 Juli 2020 melalui konferensi video.

Pertemuan tersebut memetakan dan mensinergikan sejumlah inisitatif baru dari badan sektoral kesehatan dan juga non-kesehatan yang perlu ditindaklanjuti oleh badan sektoral kesehatan ASEAN sebagai upaya konkret penanganan Covid-19 di kawasan ASEAN.

Beberapa inisiatif yang dibahas dalam pertemuan itu di antaranya adalah usulan Indonesia mengenai pembentukan ASEAN Plus Three Pharmaceutical Industries Network, pengembangan protokol kesehatan ASEAN dalam menghadapi era New Normal, pengembangan cross-border contact tracing and rapid outbreak investigation protocol, dan pembentukan ASEAN Plus Three Task Force on Pandemic.

Baca juga: Menkes se-ASEAN perkuat kerja sama penanganan pandemi COVID-19

Pertemuan itu juga membahas tentang kemajuan dari upaya yang telah dilakukan sektor kesehatan ASEAN, di antaranya dengan berbagi informasi dan pengalaman penanganan Covid-19, termasuk dengan mitra wicara ASEAN melalui pijakan webinar ASEAN Emergency Operations Centre Network, serta upaya saling menginformasikan secara seketika melalui pesan singkat terkait perjalanan lintas batas negara suspek atau pasien konfirmasi.

Penyelenggaraan pertemuan itu menegaskan kembali peran utama Indonesia sebagai ketua kerja sama kesehatan ASEAN, khususnya dalam upaya penanganan pandemi Covid-19 di kawasan Asia Tenggara.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi, berkata peran Indonesia dalam menggagas pertemuan itu tidak lepas dari sikap saling mendukung dan semangat solidaritas dari para pejabat senior kesehatan negara-negara anggota ASEAN.

Baca juga: ASEAN dorong kerja sama Iptekin untuk kolaborasi penanganan COVID-19

Menurutnya, bertukar pengalaman menghadapi pandemi akan membawa ASEAN ke arah keamanan kesehatan masyarakat yang lebih komprehensif dan terintegrasi.

Keadilan akses vaksin di ASEAN
Pertemuan mengenai kerja sama penanganan Covid-19 di ASEAN kembali digelar dengan dipimpin oleh Menteri Kesehatan, Budi Sadikin, pada 22 Juli 2021, dn dia sebelumnya telah didaulat sebagai Ketua Menteri Kesehatan ASEAN.

Pertumuan itu dihadiri menteri kesehatan Brunei Darussalam, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Thailand dan wakil menteri kesehatan Laos, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Pertemuan juga dihadiri sekretaris jenderal ASEAN serta direktur kawasan WHO SEARO dan WPRO.

Melalui pertemuan tersebut, para menteri kesehatan di ASEAN sepakat bahwa vaksinasi merupakan jalan untuk mengakhiri pandemi.

Untuk itu, ASEAN bakal terus mendorong skema multilateral untuk menjamin ketersediaan akses vaksin secara adil dan merata kepada semua negara sehingga mempercepat capaian target vaksinasi.

Selain itu, para Menteri Kesehatan ASEAN juga menekankan pentingnya pelaksanaan inisiatif sektor kesehatan ASEAN yang sedang berjalan, diantaranya; Pertama, pembentukan ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED) yang merupakan regional hub untuk penanganan kedaruratan kesehatan masyarakat.

Baca juga: Para ahli dari EU dan ASEAN berbagi kiat terkait vaksin

Kedua, pengembangan ASEAN Public Health Emergency Coordination System (APHECS) yaitu untuk mensinergikan upaya lintas badan sektor ASEAN dalam memajukan kesiapsiagaan kawasan dan tanggapan terhadap keadaan darurat kesehatan masyarakat.

Ketiga, ASEAN COVID-19 Response Fund untuk mendukung penyediaan kebutuhan dana maupun logistik untuk penanganan COVID-19. Keempat, ASEAN Regional Reserved for Medical Supplies (RRMS) untuk penyediaan cadangan alat kesehatan yang siap dimobilisasi dalam situasi darurat.

Kelima, ASEAN Travel Corridor Arrangement Framework (ATCAF) yaitu untuk memfasilitasi perjalanan bisnis esensial lintas batas, dan Keenam, ASEAN Strategic Framework on Public Health Emergencies yang merupakan SOP untuk penanganan kegawatdaruratan di kawasan.

Pertemuan tersebut juga menghasilkan Pernyataan Bersama Menteri Kesehatan ASEAN untuk saling bersinergi dan memperkuat keterlibatan mitra dalam mengembangkan protokol kesehatan sebagai upaya pemulihan ekonomi, meningkatkan kapasitas laboratorium dan bertukar informasi dalam genomic sequencing SARS-CoV-2, serta saling mendukung upaya percepatan vaksinasi di negara anggota ASEAN.

Baca juga: Uni Eropa, ASEAN perkuat kerja sama vaksin jalur multilateral

Sadikin mencatat ada lima negara anggota ASEAN masih mengalami lonjakan kasus terutama karena adanya mutasi virus. Sementara lima negara lainnya telah berhasil mempertahankan tren kasus tetap dengan jumlah kasus relatif rendah.

Perlu sinergi
Ketua Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia, Hangga Fathana, menuturkan, tidak semua negara memiliki kemampuan menangani Covid-19 secara mandiri.

Sebagai negara berkembang, kecuali Singapura, seluruh negara anggota ASEAN tidak memiliki kemampuan optimal menangani pandemi tanpa melalui mekamisme diplomasi luar negeri baik secara bilateral, regional, maupun multilateral.

Menurut dia, Indonesia sejak dahulu memiliki posisi strategis sebagai negara yang tampil di depan dalam menghadapi persoalan di Asia Tenggara termasuk dalam membangun sinergi penanganan Covid-19.

Posisi strategis Indonesia untuk menyuarakan sebuah gerakan bersama di ASEAN semakin diperkuat sebagai negara yang paling besar secara teritori dan populasi, serta perekonomian di kawasan Asia Tenggara.

Senada dengan Hangga, Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Prof Ova Emilia, mengatakan persoalan Covid-19 membutuhkan pemecahan bersama di antara negara anggota ASEAN, termasuk mencakup persoalan alat kesehatan serta vaksin yang memadai.

Oleh sebab itu, Indonesia sudah sewajarnya mendorong penguatan kerja sama itu, apalagi persoalan COVID-19 juga berkaitan dengan mobilitas yang perlu diatur, khususnya di antara negara yang saling berdekatan.

Baca juga: ASEAN diharapkan punya strategi hadapi isu keamanan pascaCOVID-19

Pada momentum peringatan Hari Ulang Tahun Ke-54 ASEAN, Ketua DPR, Puan Maharani, mengajak semua negara anggota ASEAN untuk bersatu hadapi pandemi Covid-19 karena solidaritas sangat diperlukan untuk membawa kawasan keluar dari pandemi.

Menurutnya, dalam menghadapi musuh bersama bernama Covid-19, negara-negara ASEAN perlu mengingat kembali semangat persatuan di kawasan saat perhimpunan itu didirikan pada 8 Agustus 1967.

Kerja sama kawasan untuk menghadapi pandemi sangat krusial karena bila masih ada negara yang mengalami lonjakan kasus, pasti akan memengaruhi negara lainnya.

Baca juga: Sekjen ASEAN tekankan pentingnya peran media, jurnalis selama pandemi

Dari segi kedekatan kawasan dan struktur wilayah, kemungkinan penularan itu akan selalu ada sehingga kesembuhan satu negara harus dibarengi dengan negara lainnya untuk mencapai ASEAN yang bebas Covid-19.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021