Kabul (ANTARA News/AFP) - Presiden Afghanistan Hamid Karzai pada Selasa mendesak Taliban ikut dalam perundingan perdamaian di negara terkoyak perang itu, meskipun kepemimpinan pejuang itu tak mau berunding.

"Pada hari suci Idul Adha ini, saya sekali lagi menyeru saudara sebangsa, yang tidak bahagia, saya meminta mereka bergabung dalam upaya perdamaian," kata Karzai dalam pernyataan menandai hari raya utama Muslim itu.

Karzai sebelumnya menyeru Taliban datang ke meja perundingan dan panglima tingkat rendah dikatakan telah berbicara dengan pemerintah di Kabul.

Tapi, penyendiri bermata satu pemimpin garis keras itu, Mullah Omar, pada Senin menyatakan laporan keterlibatan mereka dalam pembicaraan perdamaian untuk mengahiri kemelut pahit sembilan tahun itu "desas-desus menyesatkan".

Dalam pernyataan panjangnya untuk menandai pesta terbesar Muslim itu, Omar juga meremehkan gelombang puluhan ribu tentara sekutu dengan menyatakannya tidak berguna dan kembali meramalkan kekalahan pasukan asing tersebut.

Pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berkumpul di ibu kota Portugal, Lisabon, pada Jumat untuk temu puncak dua hari, yang kemungkinan dikuasai perubahan siasat di Afghanistan, termasuk jadwal penarikan pasukan asing.

Terdapat pengamanan ketat di Kabul dan kota lain Afghanistan untuk hari raya itu, dengan penggeledahan kendaraan dan pemeriksaan jatidiri.

Ibukota itu terhindar dari banyak kekerasan mematikan, yang melanda bagian lain dari negara tersebut dalam beberapa bulan belakangan, meskipun pada pekan lalu terjadi serangan jibaku gagal atas iringan pasukan asing dan Afghanistan.

NATO dan Amerika Serikat mengerahkan lebih dari 150.000 tentara di Afghanistan untuk memerangi pejuang pimpinan Taliban lebih dari sembilan tahun, sejak kelompok garis keras itu digulingkan dari kekuasaan pada akhir 2001 setelah berkuasa lima tahun.

Sejumlah 623 tentara asing tewas dalam perang tersebut sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan 521 untuk seluruh 2009, kata hitungan laman mandiri icasualties.org, yang melacak korban perang di Irak dan Afghanistan.

Penganut garis keras "mencium kemenangan" dan kaum tengah kuatirkan tanda bahwa dunia membelakangi Afghanistan, kata pelaksana puncak penyiaran negara itu pada muktamar keamanan di Halifax, Kanada, pada awal November.

"Kami sangat gelisah," kata Saad Mohseni, direktur Kelompok Media Moby, dalam pembahasan di Sidang Keamanan Antarbangsa Halifax.

"Kami melihat bahwa dunia akan memunggungi wilayah kami. Pada batas itu, yang tercermin dalam pembicaraan di sini dan di Washington meyakinkan penganut pegaris keras," katanya.

"Mereka tampak merasa dan mencium kemenangan. Jadi, bagi mereka, itu adalah awal dari akhir," katanya.

Mohseni menunjuk penarikan tentara Belanda baru-baru ini dari Afghanistan tujuan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan mulai menarik pasukannya pada pertengahan 2011.

Kanada juga keluar dari negara terkoyak perang itu pada pertengahan 2011 dan Inggris serta Prancis mengisyaratkan mengikuti.

"Apakah masyarakat antarbangsa pergi? Saya ingin mengatakan pasti tidak," kata Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat Michele Flournoy.

"Orang lelah perang, tapi saya pikir, warga Amerika Serikat pada dasarnya memahami bahwa dari sana 11/9 datang ke Amerika Serikat. Itu ancaman abadi dan terus-menerus, yang harus kami hadapi," katanya.(*)

(Uu.B002/Z002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010