Khost, Afghanistan (ANTARA News/Reuters) - Gerilyawan Taliban membunuh seorang perwira polisi senior di Afghanistan timur, kata beberapa pejabat provinsi, Minggu.

Serangan itu terjadi sehari setelah para pemimpin NATO mengakhiri pertemuan puncak di Lisabon untuk mensahkan rencana penyerahan kendali keamanan di Afghanistan kepada pasukan negara itu pada akhir 2014.

Akbar Jan, kepala kepolisian untuk wilayah Musa Khil di provinsi bergolak Khost yang berbatasan dengan Pakistan, tewas dalam serangan gerilya, kata kepala kepolisian provinsi itu, Abdul Hakim Esaaqzai, kepada Reuters.

Ia menambahkan bahwa dua pengawalnya terluka dalam serangan tersebut, yang terakhir dari serangkaian pembunuhan terhadap pejabat pemerintah oleh gerilyawan.

Bulan lalu, pemboman terhadap sebuah masjid menewaskan gubernur provinsi Kunduz dan sedikitnya 12 jamaah lain.

Pada bulan yang sama, bom-bom pinggir jalan yang dipasang gerilyawan Taliban menewaskan seorang kepala kepolisian di Herat barat serta tiga polisi lain, dan juga seorang gubernur dari daerah Nangarhar timur serta dua pembantunya.

Kekerasan meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun ini ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Jumlah kematian prajurit asing di Afghanistan tahun ini juga sudah melampaui 650 dan merupakan yang tertinggi, dan 2010 telah menjadi tahun paling mematikan bagi pasukan NATO.

Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.

Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.

Marinir AS memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(*)

(Uu.M014/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010