Pangkalpinang (ANTARA News) - Populasi terumbu karang di perairan Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung terancam punah akibat sedimentasi lumpur dari aktivitas pertambangan bijih timah di perairan tersebut.

Peneliti yang juga Dosen Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung (UBB), M Rizza Muftiadi di Pangkalpinang, Selasa, mengatakan, sedimentasi atau pengendapan lumpur dampak aktivitas tambang inkonvensional apung, kapal hisap dan pelayaran kapal-kapal mengakibatkan terumbu karang dan biota laut di perairan tersebut mati dan terancam punah.

"Lumpur tersebut menyebabkan perairan Pangkalpinang menjadi sangat keruh dan menutupi terumbu karang yang ada sehingga dipastikan populasi Terumbu Karang di perairan tersebut tidak akan tumbuh baik bahkan terancam punah," ujarnya.

Ia mengatakan, terumbu karang tidak akan bisa hidup pada kondisi perairan yang keruh, karena lumpur tersebut akan mengendap dan menghambat proses pencahayaan dan proses penyerapan makanan pada terumbu karang sehingga mati dan berganti alga.

Ia menjelaskan, sedimentasi lumpur di perairan Pangkalpinang juga merupakan kiriman dari beberapa sungai di sekitarnya, sehingga semakin memperkeruh kondisi air laut tersebut.

"Populasi pohon Bakau dan Lamun atau Lalang Laut yang mulai jarang tumbuh di perairan Pangkalpinang, seperti pasir padi, sehingga semakin memicu kerusakan ekosistem laut termasuk Terumbu Karang," kata Rizza.

Ia menjelaskan, Pohon Bakau dan Lamun berperan penting dalam menjaga habitat Terumbu Karang di laut dengan menyerap lumpur agar tidak mengendap pada Terumbu Karang.

"Jika Pohon Bakau dan Lamun banyak tumbuh di daerah pantai, Terumbu Karangnya pasti bagus, karena sedimentasi lumpur dalam jumlah besar dapat di serap oleh kayu bakau, sementara sedimentasi lumpur jumlah kecil diserap oleh tumbuhan lamun, sehingga lumpur tidak mengendap Terumbu Karang," ujarnya.

Ia mengatakan, kepunahan Terumbu Karang dapat menimbulkan banyak efek, diantaranya berkurangnya populasi ikan melainkan juga pengikisan atau abrasi pantai.

"Terumbu karang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ikan berlindung dan mencari makan, namun juga sebagai pemecah gelombang agar hempasannya tidak menyebabkan pengikisan pantai atau abrasi," kata Rizza.

Ia mengatakan, upaya yang harus dengan melakukan tranplantasi terumbu karang dan membudidayakan pohon Bakau.

Menurut dia sangat sulit untuk menghentikan aktifitas ekonomi di perairan tersebut, karena Pangkalpinang telah sejak lama menjadi alur pelayaran dan aktifitas lainnya.

"Antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan memang saling berseberangan, dan dilematis, pada satu sisi harus memenuhi kebutuhan hidup satu sisi menyebabkan kerusakan lingkungan, namun tetap harus ada upaya melestarikannya dengan penghijauan dengan menanam pohon bakau atau melakukan transplantasi terumbu karang," ujarnya. (ANT-040/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010