Kabul (ANTARA News/AFP) - Tujuh penjinak ranjau yang disandera di Afghanistan timur dibebaskan di Pakistan, Jumat, dua hari setelah penculikan mereka oleh orang-orang bersenjata tak dikenal, kata polisi.

Para penjinak ranjau itu, yang bekerja untuk Organisasi Pembersihan Ranjau dan Rehabilitasi Afghanistan (OMAR) yang berkantor di Afghanistan, termasuk diantara 16 orang yang diculik pada Rabu di distrik Muhmand Dara di provinsi Nangarhar.

Sembilan orang dari mereka dibebaskan beberapa jam setelah penculikan tersebut.

"Kemarin malam tujuh penjinak ranjau dibebaskan setelah penengahan yang dilakukan Hazrat Khan Khaksar, kepala daerah Muhmand Dara, dan para sesepuh suku," kata komandan kepolisian perbatasan Jendral Aminullah Amar Khil kepada AFP.

"Orang-orang ini dibawa menyeberangi perbatasan" menuju Pakistan, dimana mereka dibebaskan pada Jumat, katanya.

Belum ada klaim tanggung jawab atas penculikan itu, yang terjadi di daerah bergolak Muhmand Dara di perbatasan dengan Pakistan, namun kelompok-kelompok kriminal dan gerilya menculik puluhan warga asing dan Afghanistan sejak invasi pimpinan AS pada 2001 menggulingkan rejim Taliban di Kabul.

Sembilan penjaga keamanan swasta Afghanistan untuk sebuah perusahaan konstruksi juga diculik di provinsi Kabul pada Senin, kata kementerian dalam negeri.

Juga Senin, enam prajurit AS yang melatih polisi Afghanistan ditembak mati oleh salah seorang siswa mereka, kata sejumlah pejabat Selasa.

Penembakan itu, yang terjadi setelah serangkaian serangan serupa terhadap pasukan NATO, menggarisbawahi tantangan yang dihadapi misi pimpinan AS itu ketika mereka berusaha membangun militer dan polisi nasional untuk memikul tanggung jawab keamanan pada 2014.

Dengan kematian itu, jumlah prajurit asing yang tewas di Afghanistan tahun ini mencapai 669, menurut situs independen icasualties.org.

Kekerasan meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun ini ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.

Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010