Kabul (ANTARA News) - Seorang penyerang bunuh diri meledakkan bom mobil di dekat pos pemeriksaan polisi di Afghanistan timur, Jumat, menewaskan seorang pegawai intelijen dan melukai dua orang, kata sejumlah pejabat.

Serangan siang hari itu terjadi di daerah bergolak Surkh Rod di provinsi Nangarhar yang berbatasan dengan Pakistan.

"Satu orang yang bekerja untuk intelijen tewas dan seorang terluka," kata Ahmad Zia Abdulzai, yang menambahkan bahwa seorang wanita yang sedang lewat juga cedera.

Penyerang bom bunuh diri itu, yang tampaknya sedang pergi ke ibukota provinsi, Jalalabad, meledakkan mobilnya yang berisi bom ketika ia diperingatkan agar berhenti di sebuah pos pemeriksaan, kata Abdulzai kepada AFP.

Kementerian dalam negeri juga mengkonfirmasi serangan itu. "Satu orang mati syahid dan dua cedera dalam ledakan tersebut," katanya dalam sebuah pernyataan.

Kementerian itu menyalahkan "musuh-musuh perdamaian dan keamanan" -- istilah yang biasanya digunakan untuk gerilyawan Taliban -- atas "aksi teroris dan pengecut" itu.

Serangan bom Jumat itu dilakukan di tengah meningkatnya serangan gerilya oleh Taliban dan gerilyawan sekutunya terhadap pasukan asing.

Jumlah prajurit asing yang tewas di Afghanistan mencapai sekitar 680 sepanjang 2010, tahun paling mematikan bagi pasukan asing selama perang sembilan tahun.

Kekerasan meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun ini ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.

Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(*)

AFP/M014

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010