para atlet harus negatif COVID-19 berdasarkan hasil tes PCR sebelum diizinkan masuk ke asrama untuk persiapan PON XX Papua
Jakarta (ANTARA) - Tanpa terasa perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang diselenggarakan pada 2 - 15 Oktober 2021, tinggal menghitung hari.

Masyarakat Indonesia kembali akan disajikan perjuangan para atlet-atlet terbaik dari seluruh provinsi dalam mengukir prestasi demi memajukan olahraga di Tanah Air.

Masih terngiang dalam ingatan betapa suka citanya masyarakat menyambut keberhasilan atlet-atlet Indonesia dalam mengukir prestasi tertinggi di ajang bergengsi Olimpiade Tokyo dan Paralimpiade Tokyo yang baru usai belum lama ini.

Baca juga: Menko Airlangga: Vaksinasi di lokasi PON XX Papua jadi prioritas

Masyarakat beramai-ramai mendukung kontingen Indonesia yang bertanding melalui layar televisi maupun media sosial tanpa memandang suku, agama, dan ras.

Pemandangan itu membuktikan bahwa olahraga merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan untuk mengharumkan nama bangsa di mata dunia dan mempersatukan masyarakat Indonesia yang dikenal sangat beragam.

Di sisi lain, penyelenggaraan PON XX Papua yang sempat tertunda akibat pandemi COVID-19 menjadi barometer atau tolak ukur sejauh mana perkembangan olahraga dari masing-masing provinsi di Indonesia dalam membina para atletnya.

Panitia penyelenggara PON XX Papua, menyiapkan empat klaster yakni Kota dan Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke sebagai lokasi pertandingan dari 37 cabang olahraga pada 2-15 Oktober 2021.

Setiap kontingen yang bertanding pada PON XX Papua pasti ingin menjadi yang terbaik dalam pesta olahraga nasional terbesar tersebut, tak terkecuali bagi kontingen DKI Jakarta yang menargetkan dapat menjadi juara umum.

Sejak penyelenggaraan PON edisi pertama di Surakarta pada 1948, DKI Jakarta merupakan provinsi yang paling banyak menjadi juara umum dengan catatan 11 kali.

Baca juga: Persiapan tinju DKI sudah dalam suasana kompetisi jelang PON Papua

Namun pada edisi PON terakhir yang berlangsung di Jawa Barat tahun 2016, kontingen DKI harus puas berada di posisi ketiga dengan total torehan medali yaitu 132 emas, 124 perak, dan 118 perunggu.

Sementara itu, kontingen Jawa Barat yang menjadi tuan rumah keluar sebagai juara umum dengan 217 emas, 157 perak, 157 perunggu. Diikuti kontingen Jawa Timur di urutan kedua dengan raihan 132 emas, 138 perak, 134 perunggu.
Atlet panjat tebing DKI Jakarta Abd Rahman beraksi pada babak kualifikasi Pra PON XX Zona 2 Panjat Tebing untuk nomor lead tim putra di lapangan KONI, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/9/2019). Pra PON XX Panjat Tebing yang digelar 27 September-1 Oktober 2019 tersebut diharapkan bisa mendapatkan bibit atlet baru untuk persiapan Olimpiade Tokyo 2020 dan Paris 2024. ANTARA FOTO/Moch Asim/aww.


COVID-19

Pandemi COVID-19 yang menghantam Indonesia sejak tahun 2020 berdampak terhadap persiapan seluruh kontingen dalam menyiapkan para atletnya untuk ajang PON XX Papua.

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DKI Jakarta pun tak menampik bahwa pandemi COVID-19 menjadi tantangan yang harus dilewati dalam meraih prestasi di ajang tersebut.

Segala persiapan terus dimatangkan oleh KONI DKI Jakarta dalam menyiapkan para atlet untuk meraih prestasi di ajang PON XX Papua di tengah kasus positif COVID-19 yang belum mereda di Ibu Kota.

Baca juga: Kemenangan di Slovakia tingkatkan semangat Senam Aerobik DKI di PON

KONI DKI Jakarta pun memutuskan untuk mendirikan kamp latihan atau "training camp" (TC) dengan menggunakan sistem gelembung (bubble) untuk mengkarantina  atlet yang akan bertanding.

Sekretaris Umum KONI DKI Jakarta, Djamran, mengatakan TC terpadu tersebut dilakukan oleh KONI DKI di fasilitas milik pemerintah provinsi, yakni Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta di Ragunan pada Rabu (4/8).

Penyelenggaraan pelatihan terpusat itu dilakukan setelah hasil evaluasi terhadap program latihan mandiri atlet selama periode pandemi COVID-19 sejak tahun 2020.

Berdasarkan hasil evaluasi itu diketahui bahwa terjadi penurunan performa dan fisik dari para atlet kontingen DKI Jakarta sekitar 50 persen hingga berat badan yang tidak terkontrol.

Djamran menjelaskan dari 730 atlet yang disiapkan setidaknya ada 290 atlet dari sekitar 30 cabang olahraga (sisanya pelatda di luar daerah) yang diasramakan di Ragunan dengan penerapan protokol kesehatan ketat hingga saat pemberangkatan ke Papua untuk bertanding pada ajang PON.

Baca juga: Pertina DKI nilai PON Papua barometer olahraga Indonesia

Djamran mengatakan para atlet harus negatif COVID-19 berdasarkan hasil tes PCR sebelum diizinkan masuk ke asrama untuk persiapan PON XX Papua.

Selain itu, selama menjalani karantina di PPOP Ragunan, kata Djamran, para atlet tidak diperkenankan pulang dan bertemu orang luar, bahkan pengurus KONI pun jika masuk ke lingkungan PPOP Ragunan diharuskan melakukan tes usap antigen yang dinyatakan negatif.

Seluruh kontingen DKI Jakarta juga sudah melaksanakan vaksin. Terkecuali bagi mereka yang tidak bisa mendapatkan vaksin karena kondisi tertentu. Namun tetap berdasarkan rekomendasi dari tim kesehatan dan PB PON.
Klub senam Estafet Indonesia dari DKI Jakarta yang diwakili Gregorius Agung Iswarabawa, Ita Yuniati, dan Naura Oryza Sativa menyabet dua medali perunggu di Kejuaraan Dunia "22nd Slovak Aerobic Open 2021" di Bratislava, Slovakia. (dokumentasi Estafet Indonesia)


Dukungan Pemprov DKI

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan menyatakan kesiapannya untuk memberangkatkan kontingen ke PON XX Papua.

Kesiapan tersebut, kata Riza, termasuk soal anggaran untuk keberangkatan kontingen DKI Jakarta menuju PON XX Papua yang sudah dianggarkan sejak tahun 2020.

Meski demikian, Riza tak menampik bahwa ada kemungkinan penyesuaian anggaran terkait dengan kondisi keuangan daerah yang terimbas COVID-19.

"Kita tahu semasa pandemi COVID-19 ini, pendapatan daerah berkurang drastis. Jadi, perlu ada penyesuaian, 'refocusing' dan sebagainya," kata Ahmad Riza Patria.

Baca juga: KONI DKI: Pemberangkatan kontingen DKI ke Papua butuh Rp80 miliar

KONI DKI Jakarta sendiri menyebut biaya keberangkatan kontingen menuju PON XX Papua membutuhkan dana sekitar Rp70 hingga Rp80 miliar.

Jumlah anggaran yang besar itu mengingat DKI Jakarta termasuk yang paling banyak memberangkatkan kontingen yaitu sekitar 1.300 orang yang terdiri dari atlet, pelatih, asisten pelatih, ofisial, hingga tenaga pendukung seperti tenaga kesehatan, masseur (pemijat), staf administrasi, serta pengurus KONI.

Dana tersebut akan digunakan untuk biaya tiket pesawat yang minimal dibutuhkan sekitar Rp15 juta per orang untuk perjalanan pulang pergi, kemudian biaya hotel untuk tenaga pendukung sekitar 300 orang yang tidak ditanggung oleh panitia pelaksana, hingga biaya operasional selama berada di Papua.

KONI DKI Jakarta sendiri meyakini pelaksanaan PON XX Papua berjalan dengan lancar dan aman sesuai dengan jaminan kelancaran dan keamanan yang diberikan pemerintah dan aparat keamanan Papua.

Sejatinya memang olahraga memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan menyatukan beragam perbedaan terlepas dari persaingan di arena dalam meraih prestasi tertinggi.

Nilai-nilai sportivitas yang ada di dalam olahraga apabila dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari menjadi jawaban atas masih adanya gesekan yang terjadi akibat perbedaan di negeri tercinta ini.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021