Aden, Yaman (ANTARA News/Reuters) - Lima prajurit dan seorang perwira angkatan darat yang diculik di Yaman selatan pada akhir pekan telah dibebaskan, kata sejumlah pejabat setempat, Senin.

Orang-orang itu termasuk diantara sedikitnya tujuh prajurit yang diculik oleh orang bersenjata yang memprotes vonis hukuman mati terhadap seorang aktivis selatan dalam kasus pemboman di Aden pada Oktober.

Protes luas melumpuhkan kota-kota wilayah selatan yang menjadi markas gerakan separatis sejak sebuah pengadilan pada Sabtu menjatuhkan hukuman mati pada Faris Abdullah Saleh dalam kasus pemboman sebuah klab olah-raga di Aden pada Oktober, sebulan sebelum kota pelabuhan itu menjadi tuan rumah turnamen sepak-bola Gulf Cup.

Media pemerintah melaporkan, Saleh melakukan pemboman itu untuk seorang pemimpin kelompok separatis Gerakan Selatan. Empat orang tewas dalam serangan tersebut.

Keenam prajurit itu, yang diculik di kota Dalea, dibebaskan dengan syarat Faris Abdullah Saleh menjalani persidangan yang adil ketika ia naik banding atas vonis mati tersebut.

Protes berlanjut pada hari ketiga berturut-turut, Senin, di Dalea, dan toko serta restoran tetap tutup, kata penduduk.

Yaman berulang kali menjadi lokasi protes dan kerusuhan separatis dimana penduduk selatan mengeluhkan diskriminasi oleh pemerintah Sanaa menyangkut alokasi sumber daya.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember 2009.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010