Labuan Bajo, NTT (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengungkapkan kunjungan ke Pulau Komodo untuk menyaksikan komodo atau kadal raksasa sisa zaman Jurasic merupakan impiannya sejak kecil.

"Impian saya hari ini terkabul, saya sudah lama mengimpikan dan baru setelah usia 60 tahun akhirnya terwujud," katanya saat kunjungan kerja di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu siang.

Ia juga mengungkapkan kekaguman melihat keindahan gugusan pulau-pulau di Manggarai Barat dengan pasir putihnya dan kejernihan lautnya.

"Saya punya impian setelah pensiun jadi Wapres. Saya sewa kapal untuk beberapa hari di sini tetapi kalau masih ada waktu. Insya Allah, Tuhan mengizinkan saya, karena keindahan alam itu merupakan karunia tuhan yang harus kita jaga," katanya.

Menanggapi sambutan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad tentang masih adanya nelayan yang menggunakan bom untuk mengambil ikan-ikan karang, Wapres mengaku prihatin karena akibat penggunaan bom itu akan merusak terumbu karang yang menjadi habitat ikan dan menjadi daya tarik wisata.

Ia mengingatkan, agar pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara lestari dan memperhatikan juga kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

"Pola pengembangan daerah harus memperhatikan pengelolaan yang berkelanjutan. Pemda diharapkan ikut memberikan konsep. Apapun yang terjadi peningkatan turisme harus mempunyai dampak positif bagi masyarakat sekitarnya," katanya.

Pada acara dialog, Hanafi, nelayan asal Maumere mengakui, dulunya ia sering menggunakan bom karena desakan ekonomi, namun setelah ada sosialisasi pelestarian lingkungan termasuk keberadaan terumbu karang, akhirnya sudah banyak nelayan yang sadar.

"Saya meminta agar program pemberdayaan nelayan tetap dilanjutkan karena telah memberikan dampak positif bagi kesejahteraan nelayan," katanya.

Sementara seorang nelayan asal Desa Komodo mengatakan, nelayan di sekitar Taman Nasional Komodo, sejak dulu tidak ada yang berani menggunakan bom ikan karena mereka mengetahui karang yang bagus akhirnya bisa mendatangkan wisatawan khususnya wisatawan asing yang menyukai olahraga diving.

Pada akhir acara Wakil Presiden Boediono mengajak masyarakat Indonesia memilih Taman Nasional itu sebagai pilihan tujuh keajaiban dunia versi alam atau 7 Wonder Of Nature sehingga akan mendongkrak popularitas tujuan wisata di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur itu.

Menurut Wapres yang datang bersama Ibu Herawati Boediono, Komodo merupakan kekayaan ajaib dunia sehingga warga dunia wajib untuk mendukung kelestariannya.

"Ini kekayaan dunia, kalau kita tak memelihara maka yang rugi dunia, dengan memilih Komodo sebagai 7 keajaiban dunia maka semua warga dunia akan mengawal itu dengan tetap memberikan manfaat bagi masyarakat sekelilingnya," katanya.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengungkapkan, Taman Nasional Komodo lolos dari seleksi sekitar 122 calon tujuh keajaiban dunia, dan sekarang masuk babak final bersaing dengan 28 lokasi wisata lain di dunia.

"Saat ini dari laporan terakhir, Taman Nasional Komodo sudah masuk 10 besar sehingga tinggal mencari tambahan suara agar bisa lolos sebagai tujuh besar," katanya.

Biawak raksasa komodo (varanus commodoensis) merupakan satu-satunya hewan sisa peninggalan zaman jurasic sekitar 130 juta tahun yang lalu dan masih hidup di dunia dengan habitat yang masih terjaga.

Salah satu faktor yang membuat komodo tidak menjadi hewan buruan adalah karena adanya legenda Putri Dragon yang menerangkan jika komodo merupakan saudara kembar penduduk asli setempat sehingga dapat hidup berdampingan tanpa saling menganggu.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Manggarai Barat Paulus Selasa, kepercayaan penduduk setempat yang menganggap komodo merupakan saudara kembar menjadikan penduduk setempat tidak melakukan perburuan bahkan melindungi keberadaan hewan purba itu.

"Tidak pernah ada kasus hewan tersebut memangsa penduduk setempat walaupun hewan itu berkeliaran bebas masuk pemukiman penduduk," katanya.(*)
(T.B013/J006/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010