Jakarta (ANTARA News) - Pengamat intelijen Wawan H Purwanto menyatakan bahwa Indonesia sudah saatnya membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk mengatasi kesulitan penyediaan energi sekaligus mendorong perkembangan industri.

"Jika tidak berani membuat lompatan besar, Indonesia akan terus tertinggal," kata Wawan saat menyampaikan refleksi akhir tahun di Jakarta, Kamis.

Dikatakannya, negara tetangga, yakni Singapura dan Malaysia sudah mulai berancang-ancang membangun PLTN, bahkan kabarnya Singapura akan menyewa pulau di Kepulauan Riau yang bakal dijadikan lokasi PLTN.
     
"Jangan-jangan kita nanti justru jadi konsumen mereka karena kita tidak bisa memenuhi sendiri kebutuhan energi di dalam negeri," kata Wawan.
     
Ia mengakui banyak sumber energi selain nuklir yang bisa dimanfaatkan, seperti
panas bumi, angin, dan air, namun energi yang dihasilkan tidak bisa massif yakni kurang dari 1000 MW. Sementara PLTN bisa menghasilkan 10000 MW.
     
"Padahal kebutuhan tambahan kita untuk energi listrik sekitar 3000 MW per tahun," katanya.
     
Wawan mengatakan, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah merekomendasikan Indonesia sebagai negara yang memenuhi syarat untuk mengembangkan PLTN.
     
"Otoritas tertinggi telah memberikan rekomendasi, tinggal kita mau melaksanakan atau tidak," katanya.
     
Menurut Wawan, jika saat ini masih ada pihak yang menolak PLTN, itu hal wajar. Bahkan, di negara yang telah menggunakan energi nuklir sekali pun tetap ada pihak yang masih belum setuju.
     
Tetapi, lanjut Wawan, fakta menunjukkan negara-negara yang menggunakan energi nuklir mengalami kemajuan pesat. Korea Selatan dan Jepang merupakan negara maju di Asia yang telah menggunakan nuklir.
     
Tentang kekhawatiran terjadinya bencana akibat reaktor nuklir seperti Chernobyl di Rusia, Wawan mengatakan, saat ini teknologi nuklir telah memasuki generasi keempat bahkan kelima yang jauh lebih aman dari Chernobyl yang termasuk generasi pertama.
     
"Reaktor nuklir kita di Yogyakarta yang notabene bukan generasi terkini terbukti aman meski Yogyakarta terkena gempa besar," katanya.
      
Wawan mengingatkan, ketika negara jiran semakin maju, sementara Indonesia tetap jalan di tempat, maka bukan tidak mungkin akan mengancam integrasi bangsa.

(S024/S026)

Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010