Yogyakarta (ANTARA News) - Seniman perupa Yogyakarta Budi Ubrux, Kamis, mempersembahkan karya seni instalasi patung nasi bungkus untuk masyarakat Yogyakarta.

Patung berukuran raksasa ini diletakkan di kawasan titik nol kilometer atau di depan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret di Jalah Ahmad Yani Yogyakarta, setelah sebelumnya diusung "bregodo" (prajurit tradisional) Lombok Abang dari Taman Budaya Yogya menuju ke depan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.

Pemasangan patung nasi bungkus tersebut juga diwarnai aksi para buruh gendong Pasar Beringharjo Yogyakarta yang membagikan nasi bungkus kepada masyarakat yang melintasi di kawasan pemasangan patung nasi bungkus.

Patung ini memperlihatkan pula adanya daun pisang dan potongan koran yang memuat foto Sri Sultan Hamengku Buwono X berikut pernyataan beliau terkait tudingan monarkhi.

Ada pula gambar walikota Yogyakarta Herry Zudianto serta Komandan Kodim Yogya Letkol Anwar Aruji yang menyertai berita lainnya, yakni erupsi Merapi.

"Karya instalasi patung nasi bungkus ini sengaja saya buat karena terinspirasi dengan munculnya rasa kegotongroyongan, `gugur gunung` atau menunjukkan keguyubrukunannya warga Yogyakarta yang muncul saat ribuan warga lereng Merapi mengungsi pada 5 November 2010," katanya.

Menurut dia, saat itu beredar pesan singkat (SMS) di kalangan warga Yogyakarta yang isinya mengajak untuk menyediakan nasi bungkus yang kemudian disalurkan ke para pengungsi bencana erupsi Gunung Merapi yang tengah ketakutan, kelelahan dan kelaparan karena para petugas dapur umum belum mampu menyediakan karena harus ikut mengungsi.

"Hanya selang beberapa jam saja, ribuan nasi bungkus disertai minuman berdatangan di barak-barak pengungsian, saya berusaha untuk mengapresiasi gugur gunung atau rasa solidaritas yang begitu tinggi yang dipunyai warga Yogyakarta selama ini yang saya wujudkan dalam karya saya," katanya.

Ia mengatakan, karya ini sengaja dipersembahkan untuk warga Yogyakarta agar terus dikenang, serta semangat solidaritasnya terus dibina, dipertahankan sepanjang masa di tengah-tengah kehidupan yang semakin hedonis ini.

"Pengerjaan patung ini juga dibantu perupa Notodigsono yang dikenal sebagai pelukis capung," katanya.(*)

(U.V001/E001/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011