Seoul (ANTARA) - Saham-saham Korea Selatan turun tajam sekitar dua persen pada perdagangan Rabu pagi, mencapai level terendah enam bulan, terseret oleh aksi jual luas di saham teknologi dan kekhawatiran tentang dampak potensial dari krisis listrik yang meluas di China.

Indikator utama Bursa Efek Korea, Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) tergelincir 59,20 poin atau 1,91 persen menjadi diperdagangkan di 3.038,72 poin pada pukul 02.04 GMT, setelah anjlok 2,17 persen ke level terendah sejak 29 Maret. KOSPI ditutup 1,14 persen lebih rendah pada Selasa (28/9/2021).

Di antara saham-saham kelas berat, raksasa chip Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing merosot 2,75 persen dan 3,38 persen. Perusahaan platform daring Naver dan Kakao masing-masing jatuh 2,29 persen dan 1,70 persen.

Ketiga indeks utama saham AS ditutup melemah tajam pada Selasa (28/9/2021), dengan saham teknologi yang sensitif terhadap suku bunga dan saham yang berdekatan dengan teknologi medapat tekanan paling berat.

Krisis pasokan listrik China, yang telah menutup pabrik-pabrik di seluruh negeri, dapat menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar terhadap ekonomi daripada krisis utang di Evergrande Group.

Investor asing adalah penjual bersih saham senilai 238,0 miliar won (201,76 juta dolar AS) di papan utama.

Aksi jual asing adalah alasan utama di balik penurunan KOSPI, dengan meningkatnya imbal hasil obligasi dan kekhawatiran tentang hambatan rantai pasokan yang disebabkan oleh kekurangan listrik China mengurangi sentimen investor, kata Na Jeong-hwan, seorang analis di Cape Investment & Securities.

Won dikutip pada 1,186,2 per dolar di platform penyelesaian dalam neneri, melemah 0,15 persen dari penutupan sebelumnya, setelah mencapai level intraday terendah sejak pertengahan September 2020. Di perdagangan luar negeri, won dikutip pada 1.185,7 per dolar.

Baca juga: Saham Korsel jatuh, pasar khawatir Evergrande dan krisis listrik China

Baca juga: Saham Korsel ditutup menguat, indeks KOSPI terangkat 0,27 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021