Kabul (ANTARA News/Reuters) - Serangan bom bunuh diri Jumat di sebuah pasar swalayan di kawasan kedutaan besar di Kabul menewaskan sedikitnya sembilan orang, tiga diantaranya wanita asing, dalam serangan besar pertama Taliban terhadap warga sipil di ibukota Afghanistan itu selama hampir setahun.

Seorang anak termasuk diantara mereka yang tewas dalam pemboman itu, yang memecahkan masa relatif tenang di kota itu setelah hampir setahun tanpa serangan yang ditujukan pada orang asing atau warga sipil Afghanistan.

Tembak-menembak meletus di daerah itu, yang menjadi tempat kedutaan besar Inggris, Kanada, Pakistan dan sejumlah negara lain, pada awal serangan bom itu, yang menurut seorang saksi dilakukan oleh seorang pria berusia 40-an tahun dengan ciri kulit huitam dan jenggot panjang.

Beberapa mayat diangkat dari pasar swalayan "Finest", yang sangat dikenal oleh warga asing dan berjarak beberapa ratus meter dari Kedutaan Besar Inggris. Korban-korban cedera juga dibawa dari tempat itu sambil menangis.

Presiden Hamid Karzai mengutuk serangan itu sebagai tindakan tidak Islamis dan menyebut angka kematian sembilan, atau lebih tinggi satu dari jumlah delapan yang disebutkan polisi. Enam orang cedera, kata polisi, yang menolak menyebutkan kewarganegaraan korban.

Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, yang ditujukan pada orang asing namun sasaran utamanya adalah kepala perusahaan keamanan Xe Services, dulu dikenal sebagai Blackwater, kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada Reuters melalui telefon.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.

Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011