Ambon (ANTARA News) - Pawai ogoh-ogoh atau ngerupuk yang dilakukan ummat Hindu mengelilingi Kota Ambon, Jumat petang hingga malam hari, menyedot perhatian warga di ibu kota provinsi Maluku yang sedang melakukan berbagai aktivitas.

Dua ogoh-ogoh raksasa yang diusung puluhan pemuda dilengkapi pergelaran seni tari sebagai latar tema mengelilingi sejumlah ruas jalan di pusat Kota Ambon itu menyedot perhatian ribuan warga yang sedang beraktivitas.

Pawai dimulai dari Lapangan Merdeka, melewati ruas jalan Pattimura, Batu meja, Diponegoro, AY Patty dan finish kembali di lapangan Merdeka, berdampak arus lalu lintas sejumlah ruas jalan yang dilewati rombongan pawai menjadi macet.

Pawai ogoh-ogoh di Ambon merupakan yang kedua kalinya dilakukan ummat Hindu setelah tahun 2009 lalu, itu merupakan ekspresi ummat Hindu dalam memaknai perayaan pergantian tahun Caka.

Ogoh-ogoh merupakan persinifikasi dari Sang Bhuta Kala alias kekuatan gelap di dunia yang harus dikuasai manusia dengan seizin Ida Sang Hyang Widi Wasa atau melambangkan sifat negatif yang harus dilebur agar tidak mengganggu kehidupan manusia.

Sepanjang ruas jalan yang dilakukan, ummat Hindu juga melakukan sesaji yang bermakna mengembalikan sifat-sifat Bhutakala ke asalnya, sekaligus sebagai simbol siklus sakral perputaran waktu menuju pergantian tahun Caka yang baru, dan setelah selesai ogoh-ogoh tersbeut dibakar atau dileburkan.

Pawai ogoh-ogoh pada malam pengerupukan sebagai bentuk apresiasi kepada seni yang juga menjadi roh pelaksanaan Hari Suci Penyepian.

Di sepanjang ruas jalan pun beberapa pemuda juga menyuguhkan atraksi seni semburan api serta tarian bali diiringin tabuhan gamelan, sehingga menarik perhatian warga Ambon.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Maluku, I Nengah Sukartha, mengatakan, pawai ogoh-ogoh selain sebagai bagian dari ritual menyambut Nyepi, juga dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata di daerah ini.

Dia berharap perhatian berbagai pihak terutama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) aluku dan Kota Ambon untuk mengemasnya dan dijadikan event tahunan sehingga lebih menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri untuk berkunjung ke daerah ini.

"Jika dikemas dengan baik pawai ogoh-ogoh tidak hanya menjadi ritual ummat Hindu jelang perayaan Nyepi saja, tetapi menjadi milik semua orang dan menjadi event tahunan pariwisata di Maluku," katanya.

Dia juga menyampaikan terima kasih atas kepedulian dan partisipasi seluruh umat dan masyarakat di Ambon mendukung kegiatan pawai ogoh-ogoh hingga berlangsung sukses. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011