Kita saat ini sangat meremehkan emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas manusia di lautan.
Jakarta (ANTARA) - Lebih dari selusin negara, termasuk Amerika Serikat, berjanji pada Selasa untuk meningkatkan perlindungan perairan nasional mereka, tapi para aktivis mengatakan janji itu tak mengandung ambisi yang diperlukan untuk memulihkan kerusakan lautan yang sedang berlangsung.

Janji tersebut adalah salah satu dari serangkaian komitmen yang dibuat pada konferensi iklim COP26 PBB di Glasgow, tempat para pemimpin dan negosiator telah berkumpul untuk mempertahankan target menjaga batas kenaikan suhu global 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri (era sebelum Revolusi Industri).

Di antara kesepakatan yang dibuat sejauh ini adalah janji untuk mengakhiri deforestasi pada 2030 dan memotong emisi metana sebesar 30 persen pada 2030 dari tingkat 2020.

Para ilmuwan dan aktivis telah meminta negara-negara untuk juga mengakui hubungan antara lautan dan perubahan iklim, dengan alasan bahwa mengelola laut secara berkelanjutan dapat membantu mengatur iklim bumi dengan lebih baik.

Baca juga: RI serukan pengembangan ekonomi hijau dan iklim investasi di COP26

Utusan iklim AS John Kerry mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menjadi negara ke-15 yang menandatangani ikrar laut, yang didukung oleh negara lain yang ekonominya bergantung pada laut termasuk Indonesia, Jepang, Kenya, Chile, dan Norwegia. Ikrar ini menyerukan investasi yang lebih besar dalam energi terbarukan berbasis laut, dekarbonisasi industri, dan penelitian lebih lanjut.

Namun pernyataan itu tidak menyebutkan penghentian subsidi tahunan pemerintah yang masif dan menopang kegiatan seperti industri penangkapan ikan, pendorong utama eksploitasi laut yang berlebihan.

Greenpeace, sebuah LSM lingkungan, menyebut deklarasi itu "lemah".

"Kita perlu melihat tindakan untuk menciptakan jaringan suaka laut yang mencakup setidaknya 30 persen dari lautan kita pada 2030," kata Louisa Cason, juru kampanye laut di Greenpeace Inggris.

Baca juga: Inggris akan tetapkan cara pembiayaan capai emisi nol bersih

"Kami membutuhkan daerah tanpa ekstraksi komersial, di mana alam dan populasi ikan yang diandalkan oleh perikanan dapat pulih dan berkembang."

Dua pertiga dari planet ini tertutup air, dan lautan menyerap panas dan karbon dioksida dan menyebarkannya ke seluruh planet. Tetapi dengan konsentrasi gas rumah kaca pada tingkat tertinggi yang pernah terlihat dan suhu memanas pada tingkat yang mengkhawatirkan, ekosistem laut berjuang untuk mengimbanginya.

Dawn Wright, kepala ilmuwan dan ahli kelautan di ESRI, sebuah perusahaan data pemetaan AS, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara daring bahwa memahami hubungan antara lautan dan perubahan iklim sangat penting bagi delegasi di COP26 untuk dapat menyusun rencana mengelola lautan secara berkelanjutan.

“Kita saat ini sangat meremehkan emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas manusia di lautan. Hal-hal seperti pukat oleh armada penangkapan ikan, aktivitas yang mengganggu dasar laut. Kita harus memasukkan lautan dalam cara kita menghitung emisi dan polusi, dan saya berharap COP26 akan mengenali masalah ini."

Sumber: Reuters

Baca juga: Luhut serukan pentingnya target ambisius turunkan emisi karbon
Baca juga: Indonesia mengedepankan aksi bersama kendalikan perubahan iklim

 

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021