tidak hanya menjadi lebih relevan, tetapi juga lebih rumit"
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada pembukaan Jakarta Internasional Defense Dialogue (JIDD) di Jakarta Convention Center, Rabu, menyatakan masalah keamanan internasional menjadi lebih rumit pada abad ke-21.

Presiden menilai, meski jumlah perang antarnegara menurun signifikan setelah perang dunia kedua, tapi secara potensal kian meningkat.

Sementara itu, lanjut dia, konflik internal negara yang meningkat menjadi 44 konflik dalam beberapa dekade terakhir tidak bisa turun secara signifikan meski berbagai resolusi damai telah ditempuh.

"Kita juga melihat aksi terorisme tetap terjadi dan juga kemampuan yang cepat dari kelompok terorisme itu untuk bermutasi, beradaptasi, dan menghadirkan tantangan baru bagi kita seperti yang terjadi dengan bom paket di Indonesia, " kata Yudhoyono.

Dia mencontohkan ketegangan di Semenanjung Korea beberapa waktu lalu sebagai konflik lama yang tetap ada dan membahayakan dunia.

"Ini semua berarti keamanan internasional menjadi lebih, bukan justru menjadi kurang relevan dalam tatanan dunia pada abad ke-21. Dan tidak hanya menjadi lebih relevan, tetapi juga lebih rumit," kata Presiden dalam pidato berbahasa Inggris di hadapan peserta JIDD dari 34 negara.

Mulai konflik di Libya, ancaman radiasi nuklir di Jepang, aksi protes di negara-negara Timur Tengah, sampai melonjaknya harga minyak mentah dunia melampaui 100 dolar AS per barel, lanjut Presiden, telah menunjukkan bahwa saat ini bukanlah waktu yang mudah bagi dunia.

Perdamaian dan keamanan dunia, menurut dia, saat ini tengah menghadapi tantangan dan masa yang cukup sulit.

Yudhoyono mengatakan saat ini keamanan dunia tidak hanya terancam oleh masalah perbedaan ideologi serta perebutan wilayah dan perbatasan seperti yang menjadi karakteristik perang dingin.

Presiden menyebutkan berbagai isu yang bisa mengancam keamanan dunia, antara lain berkembangnya intoleransi identitas dan kepercayaan, ketidakpercayaan kepada pemerintah yang bisa memicu konflik, dan perebutan sumber daya alam karena populasi manusia yang tidak sebanding dengan kemampuan alam dalam menyediakan sumber daya kehidupan.

Namun, Presiden menyebut di balik itu ada banyak kesempatan untuk menemukan peluang baru.

Yudhyono optimis dunia bisa meninggalkan abad ke-20 yang "berdarah" karena terjadi dua perang dunia yang menyebabkan jumlah orang meninggal paling banyak dibandingkan masa-masa sebelumnya.

"Kita tentunya tidak dapat hidup di abad seperti itu lagi. Itu adalah abad kekejian yang penuh dengan kelalaian, kebencian dan prasangka, "ujarnya.

Meski mengatakan keamanan dunia menjadi lebih rumit, Presiden menilai kondisi dunia sekarang lebih baik karena pertama kalinya hubungan antara negara berkuasa relatif stabil dan bisa bekerjasama.

Selain itu, dunia juga serius mendorong pelucutan senjata nuklir dan mendorong semangat multilateralisme.

Jumlah negara dan manusia yang hidup di bawah demokrasi, lanjut Presiden, juga menunjukkan trend meningkat seperti dilaporkan Freedom House, Washington, Amerika Serikat.

Demi kehidupan dunia yang lebih baik, Presiden mengatakan negara maju kini harus bekerjasama dan merawat hubungan dengan negara-negara berkembang dalam segala bidang seperti penguatan demokrasi, penegakan hukum, dan deradikalisasi kelompok ekstrem serta aksi terorisme.(*)

D013/K005

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011