Sukabumi (ANTARA News) - Anak buah kapal (ABK) Sinar Kudus asal Sukabumi, Jawa Barat, Dudi Wahyudi, mengaku trauma berlayar ke Somalia akibat penyanderaan yang dilakukan oleh warga Somalia selama 46 hari bersama rekan-rekannya.

"Saya trauma jika kembali berlayar ke Somalia," kata Dudi kepada ANTARA, saat ditemui di kediamannya di Perumahan Mangkalaya Blok B 8 RT 4/2 Desa Cibolang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Selasa.

Dudi menambahkan, dirinya akan kembali berlayar setelah trauma yang dialaminya sudah hilang walaupun ditugaskan kembali oleh perusahaan di mana dirinya bekerja, ia akan meminta perlindungan lebih seperti dipersenjatai atau dikawal oleh pihak keamanan.

"Mungkin saya akan kembali berlayar setelah lebaran tahun ini," tambahnya.

Namun untuk sementara waktu, Dudi meminta izin kepada perusahaan agar tidak berlayar terlalu jauh atau ke daerah yang rawan perompak seperti di Somalia. Selain itu, keluarganya pun masih trauma atas kejadian ini sehingga meminta kepada anak kelima dari sembilan bersaudara ini untuk agar berlayarnya tidak terlalu jauh.

Ia menuturkan, untuk mengisi waktu saat ini dirinya ingin dekat dulu dengan keluarga dan seperti anak, istri kakak, adik dan ibunya. "Untuk menghilangkan rasa trauma saya, saya ingin mengajak anak saya mandi bola," ujar Dudi.

Sementara itu, adik Dudi, Yuli Puspadini (28) mengatakan, keluarga meminta Dudi agar tidak kembali berlayar, tetapi dirinya bersyukur kakaknya tersebut bisa kembali dalam keadaan selamat."Kami ingin kakak saya kerja di darat saja atau membuka usaha lain jangan kembali berlayar karena kami masih trauma atas penyanderaan yang dilakukan oleh perompak Somalia," kata Yuli.

Namun, keluarga tidak bisa memaksakan Dudi untuk bekerja di mana, karena kakaknya tersebut masih ingin tetap berlayar dan rencananya akan kembali berlayar setelah lebaran tahun ini.

Selain itu, setelah pulang dari Somalia, kakaknya terlihat ada perbedaan seperti lebih pendiam tubuhnya kurus dan kulitnya tampak lebih hitam."Mungkin kakak saya masih trauma dan kondisi tubuhnya yang kurus itu disebabkan kurang makan karena katanya makannya hanya satu kali dalam sehari itu pun di bawah todongan senjata api," ungkap Yuli.

(KR-ADR/E001)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011