Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Fayakun Andriadi mengajak semua komponen, eksponen dan elemen bangsa agar bersama-sama memasuki paradigma baru kebangkitan nasional 2011, yaitu, Indonesia berdiri sama tinggi dalam tatanan dunia global.

"Apa yang menjadi `trend` dunia dalam detik yang sama akan tiba di Indonesia, begitupun sebaliknya," ujar Fayakhun di Jakarta, Jumat, sehubungan perayaan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908-2011.

Tegasnya, politisi muda yang bertugas di Komisi I DPR RI (bidang Luar Negeri, Pertahanan, Intelijen, Komunikasi-Informatika) ini sangat menghendaki, Harkitnas kali ini harus benar-benar di maknai secara sungguh-sungguh.

"Arti `kebangkitan nasional` di era abad 21, di era abad yang serba digital, tentu mempunyai esensi, tantangan, dan kesempatan yang berbeda dengan 103 tahun yang lalu," kata legislator yang tengah menuntaskan studi doktor ilmu politiknya di Universitas Indonesia (UI) ini.

Generasi muda sekarang, menurutnya, harus mampu `bangkit` dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana perjuangan.

Memainkan Era Digital
Fayakhun Andriadi berulangkali menekankan, agar Harkitnas 2011 harus mampu memunculkan `paradigma baru kebangkitan nasional`, yaitu mewujudkan Indonesia bermartabat, yang masyarakatnya Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila.

"Paradigma baru yang dimaksud adalah memanfaatkan sekaligus memainkan era digital, sebagai era kebangkitan nasional Indonesia," tegasnya.

Bila selama ini Indonesia banyak bergantung pada kekayaan alamnya (SDA), demikian Fayakhun Andriadi, pada paradigma baru sekarang kita bisa "tercerahkan" dengan memanfaatkan keunggulan SDM.

"Fenomena bahwa pengguna `Facebook` nomor dua terbesar di dunia adalah Indonesia, dan `influencing` 50 persen `traffic tweeter` dunia, membuktikan bahwa SDM Indonesia sangat terpacu dengan dunia digital," ujarnya.

Persoalan sekarang, katanya, ialah bagaimana kita "mengubah" kultur pengguna internet kita, agar tidak memanfaatkan `Facebook` dan `Tweeter` hanya untuk kegiatan yang tak produktif.

Meroket Ke Atas
Artinya, menurut Fayakhun Andriadi, penggunaanya jangan hanya didominasi untuk foto-foto pribadi, kegiatan privat, `ngobrol `ngalor `ngidul, kencan-kencan gelap, atau hal lain kurang bermutu.

"Tetapi, dimanfaatkan untuk mendorong masyarakat Indonesia agar menggunakannya untuk "memasarkan" keunggulan Indonesia. Jadi, foto-foto pribadi diganti dengan foto-foto lokasi alam yang sangat indah, lengkap dengan alamatnya," jelasnya.

Kemudian, lanjutnya, dimuat pula foto-foto menampilkan hasil produk unggulan daerah (batik, tenun, hasil bumi, serta aneka komoditas unggul), sehingga pembeli mancanegara dapat mengakses langsung tanpa makelar atau tengkulak.

Selain itu, ujarnya, ada foto-foto atau film pendek menampilkan tarian-tarian, juga keunggulan budaya bangsa Indonesia dari seanteru Bumi Nusantara.

"Kalau hal tersebut dilakukan bersama-sama puluhan juta pengguna `smartphone` dan internet, saya yakin nama Indonesia di pentas dunia akan melesat ke atas. Lebih tepatnya: "meroket ke atas"," tandasnya optomistis.

Ia yakin, turis akan datang berduyun-duyun mencari lokasi wisata yang masih alami, dan mengagumi secara langsung budaya Indonesia (tarian, artifak, bangunan peninggalan, keraton, dan peradaban manusia serta kedahsyatan alamnya.

"Dan itu tadi, pasar dunia akan datang membeli produk unggulan daerah langsung tanpa tengkulak. Ini secuil dari hasil elabborasi saya tentang paradigma baru kebangkitan nasionl kita era ini. Ayo bangkit," pungkas Fayakhun Andriadi.
(M036/M027)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011