Bandarlampung (ANTARA News) - Ratusan penonton mengagumi penampilan konser Lampung Orkestra yang digelar di Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Jumat malam.

Dian, seorang penonton mengatakan, penampilan Lampung Orkestra tersebut bagus dan dan sangat jarang sekali orang yang bisa membawkan jenis musik tersebut.

"Musiknya sangat bagus, saya senang mendengarnya, apalagi saya pun belum pernah mendengarkan jenis musik seperti itu," kata dia.

Ia menuturkan, baginya konser tersebut dapat menjadi media pembelajaran karena selama ini hanya menyaksikan pertunjukan jenis musik modern.

Dia pun berharap konser seperti itu harus sering diadakan di Bandarlampung, sehingga masyarakat tahu tentang musik klasik yang selama ini jarang sekali didengar.

"Konser semacam ini, harus sering diadakan di Bandarlampung, agar masyarakat tahu tentang jenis musik klasik, jadi tidak hanya mendengarkan musik modern," kata mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Lampung itu.

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Roslina, bahwa acara seperti itu dapat memberikan warna musik yang berbeda dari musik yang kebanyakan sekarang.

Karena itu, ibu yang membawa serta kedua putranya tersebut, mengusulkan agar konser tersebut dapat menjadi acara rutin setiap tahunnya.

Ratusan pengunjung terlihat serius menyaksikan penampilan dari Lampung Orchestra, yang bertajuk "Damai Di Hati, Damai Di Bumi".

Tak sedikit penonton yang terbawa suasana dengan menggoyangkan tubuh saat mendengarkan harmonisasi alat musik dan tepuk tangan riuh pun mengiringi bahkan sebelum musik selesai berhenti.

Sekretaris panitia pelaksana, Kurniawan Catur, mengatakan tujuan digelarnya konser Lampung Orkestra sebagai ajang untuk memperkenalkan kepada anak muda agar lebih mengetahui dan lebih mengenal jenis musik klasik, sehingga ke depannya Lampung dapat melahirkan musisi klasik.

"Ini merupakan konser ketiga dan sebagai bentuk apresiasi bagi pelajar di Lampung, untuk memberikan wawasan soal musik klasik dan memberikan apresiasi kepada mereka," katanya.  (TH*T013/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011