Roma (ANTARA News) - Peledak menewaskan satu tentara Italia dan melukai satu lagi saat kendaraan mereka lewat di Afghanistan barat pada Sabtu, kata kementerian pertahanan dan markas tentara.

Tentara tewas itu, bernama kopral Gaetano Tuccillo, mengemudikan kendaraan lapis baja itu di propinsi Farah, beberapa kilometer dari kota Bakwa dalam perjalanan kembali dari tugas pengintaian dengan tentara Afghanistan.

Temannya luka di kaki dan dibawa dengan helikopter ke rumah sakit tentara Amerika Serikat, tapi jiwanya tidak dalam bahaya.

Perdana Menteri Silvio Berlusconi memberi penghormatan kepada prajurit tewas itu, dengan menyatakan ia terlibat dalam tugas untuk kebebasan dan demokrasi.

Menteri Luar Negeri Franco Frattini bertekad Roma akan menyelesaikan tugas menjamin keamanan, sehingga warga Afghanistan dapat beralih ke demokrasi.

Menteri Pertahanan Iganzio La Russa memperingatkan bahwa dengan beberapa negara akan menarik sebagian pasukan mereka, bahaya tidak berkurang, bahkan dapat meningkat.

"Tapi, keadaan pada umumnya memungkinkan kita yakin atas jadwal untuk menyerahkan keamanan dan tanggung jawab politik kepada Afghanistan," katanya.

Satuan Italia di pasukan asing di Afghanistan, 3.800 orang, bertanggung jawab atas wilayah barat, termasuk kota Herat.

Kematian itu adalah yang pertama pada bulan ini di antara pasukan asing di Afghanistan, setelah lebih tinggi dari rata-rata pada Juni, ketika 65 dari 283 tentara tewas sejak awal tahun ini, termasuk seorang perwira Italia.

Sejumlah 2.535 tentara asing tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 untuk menggulingkan pemerintah Taliban, yang menolak menyerahkan Osama bin Laden, yang dituduh melancarkan serangan di negara adidaya tersebut.

Korban terbanyak ialah tentara Amerika Serikat dengan 1,622 orang, diikuti Inggris (373), Kanada (157), Prancis (63), Jerman (53), Denmark (40), Italia (37), Spanyol (32), Polandia (27), Belanda (25), Australia (24), dan negara lain (82). Sekitar 40 negara terlibat dalam gerakan itu.

Angka tertinggi 711 tentara asing tewas di negara itu tercatat pada 2010, menjadikannya tahun paling mematikan bagi mereka sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat menggulingkan pemerintah garis keras Taliban pada akhir 2001.

Sekitar 130.000 tentara Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi Taliban dan sekutunya.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Kekerasan meningkat di seluruh Afghanistan pada bulan ini sejak Taliban mengumumkan pemulaian serangan musim semi, yang lama mereka nantikan.

Taliban, yang memerintah sejak 1996, melancarkan perlawanan sesudah digulingkan dari kekuasaan oleh serangan pada 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing di negara terkoyak perang tersebut.

Bom jalanan, yang dikenal sebagai IED (peledak rakitan), mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, kata tentara itu dilaporkan AFP.

(SYS/B002/H-AK)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011