Jakarta (ANTARA News) - Indonesia harus dapat memanfaatkan kondisi pasar Asia yang saat ini cenderung dilanda kekhawatiran atas laju inflasi yang terus meningkat seperti yang terjadi di Republik Rakyat China (RRC) dan Vietnam.

Apabila momentum itu dapat dimanfaatkan dengan baik, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan makin meningkat lebih baik, karena penempatan dana asing di pasar domestik makin meningkat, kata Direktur Utama PT Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta, Kamis.

Edwin Sinaga mengatakan, China berusaha menekan laju inflasi yang cenderung meningkat dari 5,5 persen menjadi enam persen, dengan melakukan pengetatan likuiditas.

Upaya ini menekan industri manufaktur China berada dalam tingkat yang rendah, ujarnya.

Selain itu, lanjut dia juga laju inflasi di Vietnam yang meningkat mencapai 11 persen mengakibatkan biaya hidup di negara tersebut dinilai cukup mahal.

Karena itu pelaku asing mencari negara yang tepat untuk melakukan investasi baru yang dapat memberikan keuntungan atau imbal hasil yang cukup baik yang aman dan nyaman terutama Indonensia, katanya.

Pelaku asing, menurut dia memang sudah melirik pasar domestik menjadi tujuan utama untuk investasi jangka panjang, mereka tidak hanya bermain di pasar saham maupun pasar uang, tapi juga mulai melirik kesektor infrastruktur.

Menurut dia, investasi langsung asing hanya akan terjadi apabila pemerintah juga telah membenahi infrastuktur, karena pelaku asing akan menahan diri apabila faktor tersebut masih belum beres.

Apalagi Indonesia menjadi tujuan utama relokasi bisnis produksi dari negara-negara di Asia yang laju pertumbuhan industri manufakturnya melambat terutama China.

China sejak Februari 2009 industri manufaktur berada pada level terendah, akibat pengetatan likuiditas yang dijalankannya.

Selain itu juga Jepang dan Korea Selatan mencatat pertumbuhan manufaktur 2011 juga merosot tajam, tuturnya.
(T.H-CS/B012)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011