Wangi-wangi (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan, dirinya ingin agar Suku Bajo yang merupakan salah satu suku pesisir yang banyak menjalani kehidupan dengan melaut menjadi perhatian nasional.

"Saya ingin mengangkat Suku Bajo ke tingkat nasional," kata Fadel saat membuka seminar nasional "Upaya Pemberdayaan Masyarakat Suku Bajo" yang merupakan rangkaian acara Sail Wakatobi Belitong di Wangi-wangi, Sulawesi Tenggara, Jumat malam.

Menurut Fadel, masyarakat Suku Bajo merupakan bagian dari masyarakat pesisir yang saat ini masih banyak di antara mereka yang hidup miskin.

Menteri Kelautan dan Perikanan mengemukakan, pihaknya bersama-sama dengan sejumlah instansi terkait telah memetakan rakyat yang hidup miskin di berbagai daerah di Indonesia.

Hasilnya, masih menurut dia, ditemukan sekitar 25 persen atau seperempat dari warga miskin di seluruh Indonesia adalah ternyata mereka yang hidup di desa-desa yang terletak di kawasan pesisir seperti Suku Bajo.

Ia juga mengutarakan keinginannya agar semakin banyak lagi warga Bajo yang lebih memperhatikan generasi mudanya agar lebih fokus di dalam menempuh jalur pendidikan dan tidak semata-mata memperhatikan kehidupan untuk melaut. "Saya akan berikan beasiswa untuk anak-anak Suku Bajo yang miskin," katanya.

Mengenai keinginannya agar Suku Bajo dapat diangkat ke tingkat nasional, Fadel menuturkan harapannya agar budaya dan tarian Suku Bajo dapat diperkenalkan di Istana Negara.

Di tempat terpisah, seorang warga Suku Bajo di Desa Sama Turu, Kelurahan Wangi-Wangi Selatan, yang bernama Roni Kusuma (25) mengakui bahwa kehidupan suku Bajo untuk bekerja dan berpenghidupan sehari-hari di laut telah berlangsung lama atau turun-temurun.

Roni juga mengemukakan bahwa selama ini Suku Bajo di tempat tinggalnya masih belum mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam melaut seperti jaring atau mesin kapal.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Suku Bajo merupakan suku yang hidup di atas perahu dan berpindah-pindah sesuai dengan potensi ikan yang akan ditangkap.

Masyarakat kerap menyebutkan Suku Bajo sebagai "pengembara laut" karena nenek moyang Suku Bajo tercatat memasuki Sulawesi tepatnya di Gowa sejak tahun 1968.

Kemudian, Suku Bajo menyebar ke daerah lainnya antara lain Pulau Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Sumatera.(*)

(T.M040/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011