Kigali (ANTARA) - Pemerintah Rwanda pada Senin membuka kembali perbatasan dengan Uganda yang ditutup tiga tahun lalu ketika Rwanda menuduh pemerintah Uganda melecehkan warga Rwanda dan mendukung para pembangkang yang bertekad mencopot pemerintah di Kigali.

Sebaliknya, pemerintah Presiden Yoweri Museveni menuduh Rwanda melakukan spionase ilegal di Uganda, yang mengalami penurunan besar dalam ekspor dengan penutupan perbatasan itu.

Pejabat dari kedua belah pihak memuji pembukaan kembali itu, yang memungkinkan dimulainya kembali perdagangan dan beberapa orang untuk bergerak bolak-balik. Namun komentar juru bicara pemerintah Rwanda kepada televisi Rwanda pada Minggu (30/1) menandakan permusuhan masih ada.

Wakil juru bicara pemerintah Alain Mukuralinda mengatakan kepada Rwanda TV bahwa meskipun perbatasan dibuka kembali, Uganda belum menangani semua keluhan Kigali.

“Ini tidak berarti bahwa kasus pemukulan, penyiksaan, dan deportasi warga negara Rwanda telah berakhir. Ini tidak berarti bahwa orang-orang, yang berada di Uganda, yang ingin mengacaukan Rwanda telah berhenti. Kami berharap ini adalah langkah yang baik untuk menghentikan semua itu," katanya..

Pada Senin, juru bicara pemerintah Yolande Makolo menolak mengomentari komentar wakilnya. Juru bicara pemerintah Uganda tidak dapat segera dihubungi. Kedua belah pihak sebelumnya telah membantah tuduhan satu sama lain.

"Perbatasan Gatuna terbuka. Saat ini truk, warga Rwanda, warga yang kembali, sedang menyeberang ke Rwanda," kata Makolo kepada Reuters.

Dia mengatakan kedua negara sedang mengerjakan langkah-langkah kesehatan anti virus corona dan bahwa kategori pelancong lain juga akan diizinkan begitu langkah-langkah itu diberlakukan.

Menteri Luar Negeri Uganda, Okello Oryem, mengatakan kepada Reuters: "Kami sangat senang bahwa (perbatasan) akhirnya terbuka ... sehingga orang-orang di kedua negara dapat berdagang satu sama lain."

Penutupan perbatasan telah menghentikan perdagangan di jalan raya transportasi regional utama yang menyalurkan barang dari pelabuhan Samudra Hindia Mombasa di Kenya melalui Uganda ke Rwanda, Burundi dan Republik Demokratik Kongo timur.

Dalam dua dekade terakhir, ekspor tahunan Uganda ke Rwanda meningkat secara bertahap hingga di atas 200 juta dolar AS (Rp2,8 triliun) tetapi tiba-tiba turun tajam setelah penutupan perbatasan pada 2019. Pada 2020, pada puncak permusuhan selama penutupan, ekspor Uganda ke Rwanda berada di bawah 2 juta dolar AS (Rp 28 miliar).

Seorang saksi mata Reuters di perbatasan mengatakan ada sedikit lalu lintas kendaraan yang melintas dari kedua sisi pada Senin. TV Rwanda yang dikelola negara menunjukkan setidaknya satu bus menyeberang.

Sumber: Reuters
Baca juga: Rwanda, Uganda bantah tandatangani kesepakatan migran dengan Israel
Baca juga: Kenya dan Rwanda larang impor produk unggas dari Uganda

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022