Seoul (ANTARA) - Saham-saham Korea Selatan jatuh di perdagangan Senin pagi, di tengah meningkatnya taruhan tentang kenaikan suku bunga Federal Reserve AS dan kasus COVID-19 lokal melonjak ke level tertinggi baru, sementara won melemah dan imbal hasil obligasi naik.

Indikator utama Bursa Efek Korea, Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) merosot 22,10 poin atau 0,80 persen menjadi diperdagangkan di 2.728,16 poin pada pukul 01.36 GMT.

Di antara saham kelas berat, raksasa teknologi Samsung Electronics tergelincir 1,76 persen dan rekannya SK Hynix anjlok 3,61 persen, sementara LG Chem jatuh 3,39 persen dan Naver kehilangan 1,37 persen.

Anehnya, data pekerjaan AS yang bagus menambah spekulasi bahwa kenaikan suku bunga AS akan segera terjadi, kata Na Jeong-hwan, seorang analis di Cape Investment & Securities.


Baca juga: Saham Korsel naik untuk sesi ketiga, indeks KOSPI terkerek 1,57 persen

Ekonomi AS menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada yang diperkirakan pada Januari meskipun ada gangguan terhadap bisnis yang dihadapi konsumen dari lonjakan kasus COVID-19, menunjukkan kekuatan mendasar yang akan menopang ekspansi ketika Federal Reserve mulai menaikkan suku bunga.

Investor asing adalah pembeli bersih saham senilai 16,5 miliar won di papan utama.

Won dikutip pada 1.198,3 per dolar di platform penyelesaian transaksi dalam negeri, 0,11 persen lebih rendah dari penutupan sebelumnya di 1.197,0.


Baca juga: Saham Korsel ditutup naik tajam, indeks KOSPI melonjak 1,67 persen

Dalam perdagangan luar negeri, won dikutip pada 1.198,3 per dolar, turun 0,0 persen dari hari sebelumnya, sementara dalam perdagangan non-deliverable forward, kontrak satu bulannya tercatat pada 1.198,8.

Imbal hasil obligasi pemerintah Korea 3-tahun yang paling likuid naik 4,6 basis poin menjadi 2,241 persen, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun Korea yang jadi acuan naik 3,3 basis poin menjadi 2,652 persen.


Baca juga: Saham Korsel ditutup lebih tinggi, indeks KOSPI terangkat 1,87 persen
Baca juga: Saham Korsel catat sesi terburuk sejak Agustus 2020 dipicu putusan Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022