Omicron lebih menular
Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K) mengatakan bahwa penerapan protokol kesehatan, vaksinasi serta tracking dan tracing bisa menekan penularan COVID-19.

"Saran yang paling penting saat ini adalah pencegahan dan penguatan 3T, serta perluasan cakupan vaksinasi yang bermanfaat untuk mencegah pasien yang terinfeksi Omicron bergejala berat dan masuk rumah sakit," katanya menambahkan bahwa pemberlakuan tracking dan tracing secara gencar juga sangat membantu menekan jumlah kasus COVID-19.

Dalam siaran pers pada Rabu, Prof. Tjandra juga menyoroti terkait kesiapan fasilitas kesehatan dan keamanan para petugas kesehatan.

"Persiapan tempat tidur rumah sakit sudah dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi lonjakan kasus dan juga memastikan ketersediaan obat dan alat bantu medis lainnya. Perlu diperhatikan jaminan ketersediaan petugas kesehatan dan juga keamanan petugas pekerja di rumah sakit," kata Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi itu.

Pelayanan kesehatan harus diketahui oleh masyarakat bukan hanya rumah sakit. Bisa perawatan di rumah, di puskesmas, maupun klinik. Ini harapannya bisa memperkuat jaringan pelayanan kesehatan agar masyarakat tidak terpaku dengan rumah sakit. "Jadi sistem rujukan yang teratur harus lebih baik polanya,” kata Prof. Tjandra.

Masyarakat diimbau segera melakukan tes saat merasakan gejala, jika hasilnya positif, isolasi mandiri harus dilakukan. Isolasi mandiri dievaluasi setiap hari, akan lebih baik untuk dilakukan petugas kesehatan melalui telemedisin.

"Pengawasan dan dukungan keluarga memang sangat penting. Setelah satu minggu dites ulang untuk memastikan sudah negatif atau belum,” kata Prof. Tjandra yang mengaku pernah menangani anggota keluarga saat isolasi mandiri Sebagian besar pasien COVID-19 Omicron.

Menurutnya, pasien Omicron gejala ringan bisa ditangani di rumah namun jangan abai untuk monitor pasien isolasi mandiri ini, "kalau-kalau ada gejala yang lebih parah agar cepat ditangani."

Hal paling penting untuk dilakukan saat ini adalah mempercepat vaksinasi lansia di Indonesia karena cakupannya yang masih perlu diperluas lagi dan merupakan kelompok paling berisiko saat terinfeksi virus ini.

“Ada tiga upaya untuk menekan penyakit COVID-19. Sudah jelas secara ilmiah terbukti pembatasan sosial, testing dan telusur, serta vaksinasi akan efektif menekan penularan. Masyarakat harus memperketat protokol kesehatan karena varian Omicron lebih menular dari varian sebelumnya”, tegas Prof. Tjandra.

Saat berhadapan dengan lonjakan kasus COVID-19 yang sebagian besar akibat penularan varian Omicron, masyarakat diimbau agar tenang dan bijak menyikapi perkembangan kasus. Menurut dia, sebagian besar pasien terpapar COVID-19 varian Omicron bergejala ringan dibandingkan dengan varian lainnya.

"Jadi memang dunia berhadapan dengan varian baru yang penularannya sangat cepat. Namun spektrumnya memang sebagian besar bergejala ringan hampir 80 persen, meski sampai 20 persen ada juga yang bergejala sedang, berat bahkan ada yang sampai meninggal dunia,” kata Prof. Tjandra.

Namun begitu, Prof. Tjandra mewanti-wanti apabila jumlah kasusnya meningkat tinggi sekali, maka tentu yang dirawat di rumah sakit bisa juga tinggi, sehingga masyarakat perlu menyikapinya dengan bijak dengan membatasi kegiatan sosial mereka dan memperketat protokol kesehatan.

“Amerika sudah membandingkan data antara kasus Omicron dan Delta, dan perbandingannya kasus 5 kali lebih banyak dari Delta. Karena jumlahnya lima kali lebih
banyak, pasien rumah sakit menjadi 1,8 kali lebih banyak daripada kasus Delta,” pungkas Prof. Tjandra.

Baca juga: Pakar: Pengendalian COVID-19 di masyarakat cegah varian baru

Baca juga: Prof Tjandra: Masyarakat sudah harus disiapkan hadapi Omicron

Baca juga: Pakar kedokteran UI: "Long COVID-19" harus menjadi perhatian

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022