Manila (ANTARA News) - Sejumlah 18 pemberontak komunis hari Selasa tewas dalam pertempuran sengit dengan pasukan pemerintah di Pilipina utara, kata jurubicara tentara. "Kami melakukan penyerangan sangat besar pemberontak komunis di daerah itu," kata Kolonel Preme Monta, jurubicara Komando Luzon Utara angkatan bersenjata Pilipina. Pertempuran itu terjadi subuh dan berlangsung sembilan jam di kota Santa Ignacia di propinsi Tarlac, 150 kilometer utara Manila, ibukota negara kepulauan tersebut. Satu batalyon tentara mengepung sarang di luar Santa Ignacia, tepi barat dataran tengah pulau Luzon, itu saat fajar dan meletuskan pertempuran tersebut, yang berahir siang hari. "Pasukan kami sudah siap untuk itu," kata Monta kepada wartawan, dengan menambahkan bahwa tentara dan polisi menghentikan pemberontak itu sebelum menghancurkan sarana telekomunikasi tersebut. Monta mengatakan bahwa tembak-menembak itu berahir dengan jumlah terbesar korban pemberontak Maois tersebut dalam beberapa tahun terahir, tapi hanya delapan mayat ditemukan di tempat kejadian. Tentara tidak mengalami kerugian apa pun, selain empat prajurit cedera, katanya. Pasukan pemerintah menemukan berbagai senjata genggam dari mayat pemberontak itu, yang jasadnya dibawa ke balaikota untuk dikenali dan dimakamkan. Kekerasan antara pasukan pemerintah dan pemberontak komunis meningkat sejak perundingan perdamaian, yang diperantarai Norwegia, terhenti Agustus 2004. Upaya meneruskan perundingan itu belum berhasil. Pemberontak komunis berperang dengan pemerintah Pilipina sejak ahir 1960-an dan menewaskan lebih dari 40.000 orang, membuat gerakan itu satu dari pemberontakan kiri terlama di Asia. Presiden Gloria Macapagal Arroyo menghentikan perundingan perdamaian dengan pemberontak itu sesudah gerombolan tersebut masuk daftar hitam Departemen Luarnegeri Amerika Serikat sebagai kelompok teroris asing. Pilipina, sekutu terdekat Washington atas keamanan di Asia tenggara, memperkirakan anggota NPA berjumlah 7.000 orang, turun dari jumlah tertinggi 25.000 orang pada pertengahan tahun 1980-an. Dalam wawancara dengan Reuters bulan Januari 2006, pejabat Pilipina menyatakan pemberontak komunis merupakan ancaman utama keamanan negeri tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006