Jakarta (ANTARA) - Direktur Grup Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dino Milano Siregar mengingatkan adanya potensi risiko keamanan siber saat perusahaan teknologi finansial (tekfin) memutuskan untuk mengadopsi teknologi komputasi awan (cloud computing).

Ia mengatakan risiko di dunia siber tidak bisa dielakkan seiring dengan pertumbuhan adopsi komputasi awan. Risiko tersebut misalnya dapat berupa potensi pishing, peretasan, hingga cross-site scripting (serangan XSS).

Baca juga: Tiga langkah agar tak tertipu tekfin palsu

"Kami mengimbau kepada para perusahaan rintisan untuk mempertimbangkan dan berhati-hati dalam memilih jenis cloud yang akan mereka gunakan. Apakah itu hybrid, private, public, atau mungkin jenis community cloud. Mereka harus berhati-hati dalam menggunakannya dan menentukan penyedia yang memiliki sistem yang andal," kata Dino dalam webinar "PwC Indonesia Webinar: The Impact of Cloud Computing on the Indonesian Economy" pada Selasa.

Selain mempertimbangkan jenis komputasi awan, perusahaan tekfin juga hendaknya mempertimbangkan aspek lain sebelum memilih penyedia teknologi, misalnya memilih penyedia komputasi awan yang sudah memiliki sertifikasi.

Selain itu, tekfin juga harus menempatkan server dan pusat data di Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Terkait isu keamanan, Dino mengatakan perusahaan tekfin juga perlu menempatkan sumber daya manusia yang dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang cakap.

Baca juga: AFTECH sebut pentingnya kepercayaan digital bagi pelaku bisnis digital

Meski terdapat risiko siber, keberadaan komputasi awan sendiri yang membawa banyak manfaat juga tidak dapat disangkal.

Teknologi ini, ujar Dino, dapat mengurangi kompleksitas dan mengurangi biaya yang dibebankan kepada pengguna. Komputasi awan juga memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan infrastruktur fisik yang membutuhkan investasi waktu dan biaya yang lebih banyak.

"Kita tahu bahwa adopsi komputasi awan memberikan peluang untuk sektor jasa keuangan, terutama untuk para startup," tuturnya.

Dari sisi back-end, Dino mengatakan perusahaan tekfin dapat memanfaatkan komputasi awan untuk menyimpan dan memproses data dalam skala besar. Sementara dari sisi front-end, kehadiran komputasi awan akan memudahkan para pengguna atau pelanggan.

"Komputasi awan memberikan peluang bagi mereka (perusahaan tekfin) untuk berkembang lebih jauh. Mereka harus mampu beradaptasi agar bisnisnya bisa berkembang sesuai dengan ekspektasi pasar," ujarnya.

Baca juga: OVO jadi alat pembayaran utama pilihan UMKM di Indonesia

Baca juga: Asosiasi sebut industri tekfin berkembang signifikan selama 2021

Baca juga: Flip raih pendanaan Seri B senilai 48 juta dolar AS

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022