Seorang wanita dengan darah palsu di wajahnya terlihat sedih selama demonstrasi mendukung Ukraina di luar Kedutaan Besar Rusia di Mexico City, Meksiko, Sabtu (26/2/2022), setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap Ukraina. ANTARA FOTO/REUTERS/Luis Cortes/rwa/sad.


Satir Ukraina

Dalam perang opini di media sosial, pihak Ukraina terlihat lebih kreatif, sampai menggunakan meme berisi humor bernada kritik dan ironi yang malah membuat orang tersentuh dan bersimpati.

Salah satu satir mereka adalah olok-olok empat jenis penyebab sakit kepala; yakni "migrain, hipertensi, stres dan bertetangga dengan Rusia."

Satir lainnya adalah balasan Ukraina untuk cuitan Rusia yang mengajak mereka mengulang "masa-masa indah" sewaktu Rusia dan Ukraina rukun dalam bingkai Uni Soviet, dengan menyebut Rusia "mantan yang toksik".

Di Rusia sendiri, kaum mudanya yang dilaporkan hanya 47 persen mendukung perang, menjadi pengguna media sosial teraktif. Mereka juga acap memanfaatkan media sosial untuk mengungkapkan pesan antiperang atau suara yang berseberangan dengan rezim.

Mereka berbeda dengan generasi tua yang lebih suka menyantap informasi dari televisi dan media massa pemerintah. Tetapi dua kecenderungan ini bisa berubah seandainya perang tak kunjung berhenti karena bisa semakin menyengsarakan rakyat Rusia sendiri.

Senjata canggih Rusia memang bisa membuat Ukraina bertekuk lutut. Tapi ini tak mungkin dilakukan tanpa serangan brutal seperti dilakukan di Suriah beberapa tahun lalu.

Baca juga: Putin: Penghancuran infrastruktur militer Ukraina hampir tuntas

Kabar mengenai korban jiwa yang besar dari pihak Rusia yang kemungkinan masih bisa tersebar lewat platform-platform seperti Instagram, Telegram, atau bahkan WhatsApp sekalipun Facebook telah dilarang, bisa balik menyudutkan Putin.

Rakyat Rusia juga akan bertanya mengapa harus bertindak brutal kepada Ukraina yang adalah bangsa serumpun yang berbahasa dan suku bangsa sama, serta memiliki ikatan kesejarahan dan budaya yang kuat.

Rakyat Rusia mungkin tak ambil pusing ketika Rusia membombardir wilayah-wilayah oposisi Arab Sunni dan Kurdi yang menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad yang bukan dari mayoritas Arab Sunni, selain juga membom ISIS, karena Suriah tak memiliki kaitan sekuat dengan Ukraina. Tapi aksi brutal terhadap bangsa serumpun, bisa membuat rakyat Rusia geram.

Apalagi jika perang tak berkesudahan ketika korban tewas, terutama dari pihak Rusia, semakin banyak.

Baca juga: Kremlin: Barat bertingkah seperti bandit, Rusia akan merespons

Ketika ini terjadi Putin akan sekuat tenaga mengendalikan lagi narasi sebelum opini publik balik merugikan dia, terlebih sanksi dan boikot internasional semakin menyulitkan rakyat Rusia.

Membuat UU yang bisa memenjarakan wartawan karena memberitakan perang yang tidak sesuai skenario pemerintah, adalah langkah pertama Putin dalam mengendalikan narasi itu.

Langkah ini bisa saja diperluas sampai ke rakyat sipil, termasuk menutup sama sekali semua platform media sosial termasuk layanan-layanan perpesanan seperti Telegram dan WhatsApp.

Jika ini terjadi, generasi muda Rusia yang serba digital dan sudah keranjingan media sosial, bisa meradang dan kemudian bisa saja memelopori suara yang kian kritis terhadap rezim. Dan ini bisa membahayakan Putin.

Baca juga: Siaga nuklir dan dugaan Vladimir Putin tidak stabil

Copyright © ANTARA 2022