Jeddah, Arab Saudi (ANTARA News) - Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) hari Minggu mengecam laporan PBB yang bocor dan menyebutnya sebagai memutihkan serangan mematikan Israel terhadap armada bantuan yang dipimpin kapal Turki pada 2010.

"Laporan Panel Penyelidik PBB gagal mencerminkan sikap obyektif dan tidak memihak," kata Sekretaris Jendral OIC Ekmeleddin Ihsanoglu dalam sebuah pernyataan, lapor AFP.

"OIC tidak bisa menerima laporan yang akan memutihkan serangan Israel terhadap armada kapal kemanusiaan dan mengampuni blokade ilegal Israel terhadap penduduk sipil Palestina," katanya.

Ihsanoglu mengungkapkan dukungannya bagi rencana Turki untuk membawa Israel ke Pengadilan Kejahatan Internasional di Den Haag karena penyerbuan mematikan itu. Turki sejauh ini menuntut permintaan maaf Israel atas serangan itu, namun Israel menolaknya.

Laporan PBB yang dibocorkan Kamis itu menuduh Israel bertindak dengan kekuatan berlebihan dalam operasi itu.

Namun, laporan itu mendukung blokade laut Israel terhadap Jalur Gaza, yang kata negara Yahudi tersebut penting untuk mencegah gerakan Hamas yang menguasai Gaza memperoleh senjata.

OIC mendesak penyelidikan independen lain dilakukan atas penyerbuan Israel itu dan meminta masyarakat internasional menekan Israel mengakhiri blokade empat tahun itu.

Israel menjadi sorotan dunia setelah serangan mematikan terhadap armada kapal bantuan tujuan Gaza pada Mei 2010.

Laporan yang dikeluarkan Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 22 September 2010 menyebutkan, ada "bukti jelas untuk mendukung penuntutan" terhadap Israel karena pembunuhan dan penyiksaan yang disengaja dalam serangan Mei yang menewaskan sembilan aktivis Turki itu.

Israel menolak laporan itu dengan menyebutnya sebagai bias dan mendukung satu pihak dan menekankan bahwa mereka bertindak sesuai dengan hukum internasional.

Pasukan komando Israel menyerbu kapal-kapal dalam armada bantuan yang menuju Jalur Gaza pada 31 Mei 2010. Sembilan aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam serangan di kapal Turki, Mavi Marmara, yang memimpin armada enam kapal bantuan itu menuju Gaza.

Israel berkilah bahwa penumpang-penumpang kapal itu menyerang pasukan, namun penyelenggara armada kapal itu menyatakan bahwa pasukan Israel mulai melepaskan tembakan begitu mereka mendarat.

Hubungan Israel-Turki terperosok ke tingkat terendah sejak kedua negara itu mencapai kemitraan strategis pada 1990-an akibat insiden tersebut.

Turki memanggil duta besarnya dari Tel Aviv dan membatalkan tiga rencana latihan militer setelah penyerbuan itu. Turki juga dua kali menolak permohonan pesawat militer Israel menggunakan wilayah udaranya.

Setelah serangan itu, Mesir, yang mencapai perdamaian dengan Israel pada 1979, membuka perbatasan Rafah-nya untuk mengizinkan konvoi bantuan memasuki wilayah Gaza -- kalangan luas melihatnya sebagai upaya untuk menangkal kecaman-kecaman atas peranan Mesir dalam blokade itu.

Kairo, yang berkoordinasi dengan Israel, hanya mengizinkan penyeberangan terbatas di perbatasannya sejak Hamas menguasai Gaza pada 2007.

Di bawah tekanan-tekanan yang meningkat, Israel kemudian meluncurkan penyelidikan bersama dua pengamat internasional atas serangan itu. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mendorong penyelidikan terpisah PBB dengan keikutsertaan Israel dan Turki.

Israel juga mengendurkan blokade terhadap Gaza dengan mengizinkan sebagian besar barang sipil masuk ke wilayah pesisir tersebut.

Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina sempat terpecah menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Kini kedua kubu tersebut telah melakukan rekonsiliasi.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011