Jakarta (ANTARA News) - Polri mengirim pasukan tambahan sebanyak 400 personel ke Kota Ambon, Maluku, untuk menambah kekuatan pasca pertikaian antara dua kelompok yang terjadi pada Minggu 11 September 2011.

Usai menghadiri upacara penyambutan PM Thailand Yingluck Shinawatra di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, Kapolri Jend Pol Timur Pradopo mengatakan pasukan tambahan yang dikirim dari Jakarta tersebut telah tiba di Ambon pada Senin pagi pukul 04.00 WIB.

"Kita menambah personel yang ditugaskan ke Ambon, sudah datang tadi jam empat pagi. Kita menambah kekuatan di sana," ujarnya.

Penambahan pasukan itu, menurut Kapolri, sebagai tindakan antisipasi sekaligus upaya pencegahan yang dilakukan oleh pihak kepolisian guna mengendalikan situasi agar pertikaian tidak meluas.

Polri, lanjut dia, siap untuk menambah pasukan lagi untuk dikirim ke Ambon apabila terjadi lagi dinamika di lapangan.

Kapolri mengatakan saat ini semua kendali keamanan dilakukan oleh Kapolda Ambon dibantu oleh unsur pemerintah daerah.

"Intinya preemptive dan preventif yang kita lakukan sekarang dari beberapa yang bertikai. Dari pemerintah daerah sudah melakukan langkah-langkah itu. Kita memperkuat. Semua kendali oleh Kapolda," tuturnya.

Kapolri menjelaskan saat ini kepolisian mengutamakan langkah-langkah preventif seperti memberlakukan ketentuan hukum agar masyarakat tidak membawa senjata api dan senjata tajam.

"Itu yang kita lakukan, itu dilakukan bersama dengan tokoh masyarakat," ujarnya.

Kapolri menolak untuk menyebutkan jumlah korban yang tewas akibat pertikaian antar kelompok itu maupun kondisi terakhir di lapangan dengan alasan menghindari kesimpangsiuran.

"Masih diupdate, nanti akan disampaikan. Masih dalam situasi yang simpang siur, supaya tidak salah nanti disampaikan resmi oleh Kadiv Humas (Mabes Polri-red)," katanya.

Pertikaian di Ambon dipicu oleh kecelakaan tunggal yang menimpa seorang tukang ojek bernama Darkin Saimen ketika sedang mengendarai sepeda motor dari arah stasiun TVRI, Gunung Nona, menuju pos benteng.

Di daerah sekitar tempat pembuangan sampah, ia kehilangan kendali sehingga menabrak pohon Gadihu dan akhirnya menabrak rumah seorang warga bernama Okto.

Nyawa Darkin tidak terselamatkan ketika dalam perjalanan ke rumah sakit dan akhirnya menimbulkan dugaan warga bahwa ia sebenarnya meninggal karena dibunuh, bukan akibat kecelakaan.

Berdasarkan keterangan kepolisian, hasil otopsi dokter menyatakan Darkin murni meninggal karena kecelakaan, bukan akibat luka-luka kekerasan. Keterangan saksi dari lokasi peristiwa kecelakaan juga menyatakan demikian.

Pertikaian akibat kematian Darkin menyulut aksi lempar batu dan perusakan sejumlah fasilitas umum antara dua kelompok.

Kadiv Humas Mabes Polri Anton Bachrul Alam menyatakan pertikaian itu melibatkan dua kelompok yang tergolong "pemain lama" tanpa menyebut identitas masing-masing kelompok tersebut.
(D013*P008)







Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011