perempuan membawa perspektif yang beragam ke dalam industri
Jakarta (ANTARA) - Dalam setiap lapisan dan industri, kaum perempuan menghadapi tantangan nyata terutama dalam hal kesetaraan gender. Sangat penting untuk menemukan cara dalam memahami tantangan ini, sehingga publik secara umum dapat bekerja sama dalam memecahkan masalah.

Terkait dengan hal ini perusahaan venture capital (VC) dan pionir investasi startup teknologi di seluruh sektor (sector-agnostic) di Indonesia East Ventures kembali menghadirkan forum yang berfokus pada pemberdayaan perempuan bertajuk "Women with Impact Forum" beberapa waktu lalu yang mengangkat topik: “Women as Active Agents for Sustainable Development”. Forum ini menghadirkan lima pembicara utama dari berbagai industri, seperti venture capital, startup teknologi, dan perusahaan sosial.

Melisa Irene selaku Partner East Ventures menceritakan betapa rendahnya perwakilan partner perempuan di industri venture capital.

"Kami menyadari situasi ini dalam industri venture capital, dan kami terus berupaya menuju perbaikan. Kami sangat percaya bahwa perempuan membawa perspektif yang beragam ke dalam industri, dan East Ventures berkomitmen untuk menanggapi hal ini secara serius melalui praktik dan dukungan kami dalam ekosistem," kata Melisa dikutip dari keterangannya, Kamis.

Baca juga: Watsons gelar rangkaian program ajak wanita lebih percaya diri

Baca juga: KPPPA: Sinergi multipihak jadi kekuatan wujudkan kesetaraan gender


Memberikan perspektif lain dari industri yang sama General Partner Vertex Ventures SE Asia and India Carmen Yuen menjelaskan pentingnya masyarakat untuk tidak membatasi bahwa laki-laki dan perempuan hanya cocok untuk industri tertentu, karena kita semua dapat berakselerasi di setiap industri terlepas dari gender kita.

Sebagai contoh kasus founders perempuan dari Vertex Ventures bekerja di berbagai industri pemimpin, seperti manufaktur, fintech, blockchain, agritech, dan daftarnya terus berlanjut. Beberapa di antaranya sering dianggap sebagai industri yang didominasi laki-laki.

Kasus atau cerita serupa ditemukan pada saat Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna Utari Octavianty hendak memasuki industri perikanan. Ada persepsi tentang bagaimana industri perikanan hanya cocok untuk laki-laki, dan tidak sesuai untuk Utari sebagai seorang perempuan. Hal tersebut tidak hanya muncul di masyarakat, tetapi juga mengakar di keluarganya.

Namun, setelah keterlibatannya dalam industri perikanan, ia telah membuktikan bahwa industri perikanan merupakan industri yang terbuka untuk semua gender, dan semua orang dapat berkontribusi untuk perbaikan terlepas dari gender-nya.

Adapun, pandemi telah membawa tingkat kesadaran dan pemahaman yang baik terhadap kesehatan.

Namun, dalam hal keterlibatan dan kesetaraan gender dalam industri kesehatan, CEO Nalagenetics Levana Sani memberikan pandangan mengenai rendahnya keterlibatan perempuan.

Sebagai contoh, tentang bagaimana uji klinis yang umumnya hanya melibatkan representasi dari pria kulit putih yang sehat. Hal tersebut telah menyebabkan kemungkinan yang lebih tinggi akan reaksi obat yang merugikan untuk perempuan.

Beralih ke perspektif yang lebih luas CEO Liberty Society Tamara Wu menceritakan kisah pendirian Liberty Society, sebuah perusahaan sosial yang memberdayakan perempuan yang terkena dampak kekerasan dan kemiskinan ekstrim untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan keputusasaan.

Dia memberikan gambaran bagaimana perempuan di luar sana masih rentan di masyarakat, terutama hal tersebut disebabkan oleh minimnya pendidikan dan kemampuan ekonomi.

Baca juga: Menyelami dalam-dalam makna kesetaraan gender

Baca juga: W20 2022 prioritaskan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender


Pendidikan menjadi fondasi utama

Selama ini prasangka terhadap gender telah menghambat perkembangan untuk maju dan hidup setara. Untuk itu, sangat penting bagi masyarakat untuk bergerak bersama menuju perbaikan.

Hal ini bisa dimulai dari akses pendidikan yang merupakan fondasi utama dalam memecahkan masalah lintas industri, karena pendidikan yang layak dapat memperluas perspektif dan membantu masyarakat dalam memahami pentingnya kesetaraan gender.
Selain itu, pendidikan akan turut membekali setiap individu dengan kemampuan untuk memberdayakan diri dalam mencapai stabilitas ekonomi dan sosialnya.

Terlepas dari pendidikan formal yang dimiliki, kenyataan yang juga perlu dipertimbangkan adalah aspek bahwa terkadang sistem pendidikan tidak diciptakan untuk semua orang, terutama bagi mereka yang sudah dewasa.

Sangat penting untuk menyediakan 'pendidikan' yang memenuhi kebutuhan dan situasi mereka, di mana dapat membawa dampak yang nyata bagi mereka maupun masyarakat.

Misalnya, Aruna membuat pelatihan untuk memberdayakan para istri nelayan, sehingga mereka dilatih untuk dapat memilah ikan berdasarkan kualitas dan ukurannya. Dengan pelatihan tersebut, tidak hanya mendukung terbentuknya lingkungan yang lebih memberdayakan, Aruna juga menghadirkan pemberdayaan perempuan dalam mendukung ekonomi mereka sendiri atau bahkan keluarganya.

Kita sudah terbiasa dengan bagaimana segala sesuatu diciptakan, dan hal tersebut membuat kita lupa untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda. Sebuah sistem yang telah dibuat sejak lama, mungkin sudah tidak tepat mengingat perkembangan saat ini; akan tetapi, sayangnya kita masih mengikuti sistem lama tanpa mempertanyakan kesesuaiannya untuk saat ini.

Kita sering menemukan regulasi yang dibuat tanpa mempertimbangkan aspek gender di dalamnya, dan dalam banyak kasus telah membawa dampak yang tidak menguntungkan bagi perempuan. Namun, sangat disayangkan bahwa masyarakat masih belum sepenuhnya menyadari peran perempuan, terutama bagaimana perempuan membuat sebagian besar keputusan pembelian dalam rumah tangga; serta bagaimana perempuan dan ibu merawat anak dan keluarga mereka.

Para pembuat kebijakan, terlepas dari institusi, industri, dan ukurannya, seharusnya mulai mempertimbangkan aspek perempuan dalam mengambil keputusan. Perempuan tidak hanya membawa lebih banyak perspektif, namun juga memberikan lebih banyak kesempatan bagi kita semua untuk mengumpulkan ide-ide brilian yang mungkin tidak akan hadir jika kita dibutakan oleh prasangka gender.

Kita harus mendorong lebih banyak keterlibatan dan memberikan lebih banyak kemudahan bagi semua orang dalam memasuki industri, tempat kerja, atau bahkan mendorong masyarakat untuk kembali aktif setelah masa istirahat, terlepas dari alasan apa pun.

Tanpa disadari, masyarakat juga sering mengabaikan fakta bahwa kita sedang menghadapi isu-isu global secara bersama dan ada begitu banyak kemungkinan yang dapat diciptakan jika semua pihak memahami perannya masing-masing untuk saling mendukung, dan bersedia mengambil langkah ekstra untuk perbaikan.

Contohnya, Tamara percaya bahwa dalam menciptakan dunia sebagai tempat yang lebih baik, dorongan harus datang sebagai upaya bersama dari kedua belah pihak: pelanggan dan perusahaan.

Perusahaan juga harus mulai menciptakan kegiatan Corporate Sustainable Responsibility (CSR) yang lebih strategis, yang tidak hanya memberikan efek tunggal, melainkan memberikan efek jangka panjang. Kegiatan CSR harus memberikan masyarakat kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan untuk memberdayakan diri mereka sendiri, sehingga setiap orang memiliki kemampuan untuk menembus batas dan menciptakan dampak oleh dan untuk diri mereka sendiri.

Selain itu, upaya keberlanjutan harus tetap berpegang pada prinsip 3P: People, Planet, dan Profit. Berawal dari pemberdayaan People atau manusia: salah satunya dengan memastikan kesetaraan dalam praktik sehari-hari tanpa memandang aspek gender. Planet atau bumi, bertanggung jawab dan berhati-hati dalam tindakan kita sehari-hari yang mungkin secara tidak sadar membawa dampak buruk bagi bumi.

Terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah profit atau laba, di mana menyediakan sumber daya bagi semua pihak dalam membawa tindakan yang berdampak bagi masyarakat.

Kereta menuju pembangunan berkelanjutan telah dimulai, dan merupakan sebuah perjalanan panjang yang dapat kita capai jika semua pihak memahami urgensinya, memiliki kemauan untuk membuat kemajuan meskipun lambat, dan saling bekerja sama.

Baca juga: Menkeu: Dorongan bagi potensi perempuan tambah 26 persen PDB global

Baca juga: Menteri PPPA: Ketidaksetaraan gender masih masalah serius di dunia

Baca juga: Budaya jamu dinilai sejalan dengan SDGs kesetaraan gender

 

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022